“Kami melihatnya itu bahwa A dan B benar-benar berbeda secara signifikan. Setiap individu unik. Kita nggak boleh mengajar dua anak (yang berbeda) dengan metode yang sama,” terang Agus.
Sebagai informasi, SMM Yogyakarta merupakan sekolah musik berfokus musik klasik. Para siswa pun harus memiliki kemampuan membaca not balok dan wajib mengambil satu instrumen mayor. Lantas bagaimana dengan Putri?
Ada cara khusus bagi Putri Ariani mempelajari not-not balok, yakni dengan mendengarkan, bukan membaca. Guru akan menerjemahkan notasi ke dalam bentuk audio.
“Membaca notasi memang, nggak bisa baca ya Putri. Guru akan menerjemahkan notasi itu dalam bentuk audio. Dari tulisan not balok di papan tulis, itu diterjemahkan dalam bentuk audio yang bisa ditangkap oleh telinganya Putri. Jadi telinganya itu kurasinya luar biasa. Kalau (ibarat) kaca, tidak buram, clear,” jelas Agus memuji siswinya.
Baca Juga: Sosok Putri Ariani, Perempuan Bantul yang Dobrak Keterbatasan di America’s Got Talent
“Sekali mendengar itu, dia seperti bisa merekam. Alatnya bisa dengan piano atau komputer. Jika itu berupa narasi, maka guru tinggal menjelaskan,” sambungnya.
Soal instrumen, Agus mengatakan bahwa Putri mengambil instrumen mayor yakni flute.
Menurut Agus, hal ini membuat proses pembelajaran menjadi makin berkembang. Siswa mendapatkan wawasan musik, dan guru berkesempatan mengembangkan strategi mengajarnya.
“Ini yang menjadikan kami menjadi kaya. Guru kaya strategi dan metode cara mengajarnya,” pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.