YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Cak Munir panggilannya, lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang kini berhasil membuka panti pijat beromzet puluhan juta.
Berbekal satu rumah kontrakan, Cak Munir membuka panti pijat bertajuk “Omah Pijat Cak Munir” di kawasan Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kepada KOMPAS.TV, Cak Munir menceritakan perjalanan bisnis dan batinnya menjadi seorang praktisi pijat.
Baca Juga: Di Hadapan Ribuan Kader, Prabowo Ngaku Pernah Jadi Tukang Pijat Gusdur: Nah, Kalian Tidak Tahu kan!
Cak Munir bercerita bahwa dia memang kerap melakukan praktek pijat sejak masih duduk di bangku sekolah. Pria asal Jember Jawa Timur ini berasal dari keluarga yang memiliki keahlian dalam memijat.
“Keluarga latar belakangnya tukang pijat semuanya, simbah itu pijat-pijat kandungan, mbak laki ya sangkal putung terus mijat-mijat kesleo, sudah terkenal memang,” cerita Cak Munir, Rabu (7/9/2022).
Keahliannya memulihkan lelah pasien dan membantu mengobati beberapa cedera, serta saraf terjepit, diakuinya didapat dari keluarga.
Sejak kecil, dia kerap memperhatikan kakek neneknya mengobati pasien, kemudian mempraktekkannya sendiri, disertai pembelajaran metode terapi modern. Memijat juga menjadi bagian dari hidupnya dan hobi.
“Turun-temurun, sering merhatiin simbah-simbah mijet. Belajar otodidak juga selama perjalanan (mijat) dari pondok sampai kuliah. Sambil tukar pikiran, lihat-lihat metode pemijatan terapis yang terbaru,” ungkapnya.
Baca Juga: Hewan Kurban Dipijat dan Dimandikan untuk Melestarikan Tradisi
Sebelum membuka panti pijatnya, Cak Munir bercerita bahwa dia beberapa kali membuka bisnis. Lulus kuliah, dia sempat membuat berjualan pulsa dan konter.
Kala itu, bisnisnya cukup stabil hingga membuka beberapa cabang di Yogyakarta. Konternya juga menjadi juara sebagai salah satu konter dengan penjualan terbaik dari provider Telkomsel dan Indosat.
Sayangnya, internet masuk dan penjualan pulsa menurun.
Cah Munir kemudian banting setir untuk membuka rental motor di dekat kampus. Bisnis rental motornya juga cukup baik hingga melebarkan sayap untuk merentalkan mobil.
Singkatnya, karena ojek online sudah mulai populer di masyarakat, bisnis rental motornya perlahan sepi.
“Habis itu, drop, kehilangan banyak di rental. Ada ojek online, mobil (taksi) online, akhirnya rental menurun. Berhenti dengan kerugian yang maksimum, sampai ratusan juta,” ungkapnya.
Setelah itu, Cak Munir berbisnis pisang dan menjadi supplier jeruk nipis yang disalurkan ke kafe-kafe di Yogyakarta.
“Kebetulan yang punya kafe di Jogja itu teman. Gitu, banyak teman yang buka kafe dan kenal akrab jadi dikasih peluang, masukin jadi supplier.”
Hingga pada tahun 2016, Cak Munir pun kembali menemui praktek pijat.
Baca Juga: Kisah Tukang Pijat asal Bojonegoro Naik Haji, Sering Menolong Jemaah Haji yang Kelelahan
Diakui Cak Munir, pekerjaan tukang pijat kerap menjadi pekerjaan yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Namun, baginya, hal itu bukanlah yang penting.
“Banyak pemuda sekarang yang memandang tukang pijat itu pekerjaan sebelah mata, padahal secara omzet gede,” tuturnya.
“Tapi bagi saya nggak penting, yaudah aja. Bagi saya pijat itu bermanfaat, bisa membantu orang, syukur-syukur bisa ngehasilin.”
Baca Juga: Prabowo Kunjungi Ponpes Tebuireng, Cerita Pernah Jadi Tukang Pijat Gus Dur
Soal “ngehasilin” ini, dia blak-blakan bahwa omzet dari memijat orang memang bukan main. Penghasilan rata-rata Cak Munir bahkan berada di angka “dua digit”, mulai dari Rp16 juta hingga Rp22 juta.
Omzet tersebut memang tidak mudah diraih. Pasalnya, panti pijatnya cukup ramai. Dalam satu hari, dia bisa mendapatkan belasan pasien.
Saat ini, semua itu dilakukannya sendiri. Saking ramainya, Cak Munir mengatakan bahwa dia sedang mencari seseorang yang dapat membantunya melayani pasien.
Akan tetapi, hal itu tidak mudah. Lagi-lagi soal stereotip yang melekat pada profesi tukang pijat.
Namun, niat awal Cak Munir memang tak cukup untuk mencari cuan semata. Dia ingin membantu orang lain melalui keahliannya memijat.
Saat ini, pelanggannya sudah tersebar dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari sekitaran Yogyakarta, Jember, Tangerang, Jakarta, Lampung, Riau, Sulawesi, hingga Kalimantan.
Latar belakang pasiennya juga beragam, mulai dari polisi, anggota dewan, dosen, hingga dokter.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.