JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan penyebab melambungnya harga cabai dalam beberapa waktu terakhir adalah cuaca ekstrem di sentra produksi.
Tanaman cabai siap panen yang membusuk akhirnya membuat pasokan cabai dari petani menurun, sehingga harganya kian mahal.
Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Bapanas Maino Dwi Hartono menyebut harga cabai rawit merah mencapai Rp160.000/kg di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Naik 180,7 persen di atas harga acuan pemerintah (HAP).
"Salah satu kenaikan cabe rawit merah khususnya karena faktor cuaca ekstrem, baik itu curah hujan tinggi, sebagian area pertanaman mengalami kebanjiran dan mungkin karena angin dan serangan hama, sehingga memang produksi atau pasokan ke masyarakat mengalami penurunan," kata Maino di Jakarta, Senin (13/1/2025), dikutip dari Antara.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit Melambung Tinggi, Pedagang Banjarmasin Beralih ke Cabai Taji!
Ia menyebut, berdasarkan data Panel Harga Pangan minggu kedua Januari (5-11 Januari 2025), kenaikan harga cabai rawit merah di atas HAP terjadi di 326 kabupaten/kota.
Dalam satu pekan ke depan, Bapanas akan memantau pergerakan harga cabai. Jika masih tinggi, Bapanas akan melakukan sejumlah langkah, antara lain memberikan bantuan subsidi transportasi, fasilitasi distribusi pangan, dan melakukan gerakan pangan murah.
"Namun demikian, perlu hati-hati karena situasinya kita mobilisasi, cabai dari wilayah sentral atau wilayah produksi Jabodetabek khususnya, jangan sampai mengganggu wilayah-wilayah yang lainnya," ujarnya.
Baca Juga: Harga Cabai di Pasar Palmerah Terus Meroket, Cabai Rawit Merah Sentuh Rp160.000 per Kilogram
Terpisah, pegiat Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Teguh Suprapto, memproyeksi tren kenaikan harga cabai rawit merah akan mulai turun dalam satu hingga dua pekan ke depan.
Pasalnya, sentra produksi cabai seperti Kediri dan beberapa wilayah di Jawa Timur mulai panen raya.
Senada dengan Maino, Teguh menyatakan kenaikan harga cabai disebabkan hujan deras yang terus terjadi pada November 2024, sehingga harga cabai di bulan Januari 2025 melonjak.
"Akibatnya, tanaman cabai di wilayah bawah yang tergenang air, sekitar 40 persen rusak. Terus yang di wilayah atas, yang terkena cuaca ekstrem, juga terkena layu fusarium, yakni perakarannya mati sehingga atasnya ikut mati," ungkapnya di Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin.
Menurutnya, harga berbagai jenis cabai akan kembali normal saat bulan Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri 1446 H jika melihat kondisi pertanaman yang ada sekarang.
Baca Juga: Penyakit Mulut dan Kuku Merebak, Kementan Jamin Pasokan Daging Sapi untuk Puasa-Lebaran Cukup
Kendati demikian, dia mengatakan hal itu tergantung pada perkembangan cuaca dalam beberapa pekan ke depan.
Menurut dia, hal itu berkaca dari penanaman cabai untuk kebutuhan Natal dan tahun baru yang telah ditata semaksimal mungkin untuk menjaga ketersediaan komoditas tersebut di pasaran. Sehingga saat periode Nataru, harga cabai tidak terlalu naik.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.