Selanjutnya, anggaran infrastruktur berkurang dibanding 2024, kendati pembiayaan ke Ibu Kota Nusantara (IKN) berlanjut. Artinya, ada proyek infrastruktur pemerintahan Presiden Jokowi yang akan dirasionalisasikan.
“Hal ini senada dengan komitmen Prabowo untuk menggunakan APBN untuk fokus ke pembangunan pangan dan sumber daya manusia,” ujar Nailul.
Berikutnya, penerimaan perpajakan diprediksi hanya tumbuh 7,8 persen. Artinya, memang tidak memerlukan yang lebih dari perpajakan. Kecuali target tahun 2024 tidak tercapai yang artinya pertumbuhan penerimaan perpajakan bisa lebih dari 7,8 persen.
Terakhir, defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat dari 2,29 persen menjadi 2.53 persen, yang berarti terdapat ruang lebih luas bagi pemerintahan selanjutnya untuk menarik utang lebih banyak di anggaran tahun depan.
Baca Juga: Jokowi Bacakan Nota Keuangan RAPBN 2025, Pendapatan Negara Ditarget Rp2.996,9 T
“Hal ini harus disikapi dengan hati-hati agar porsi utang terhadap PDB tidak meningkat,” ucap Huda.
Pemerintah menetapkan defisit anggaran tahun 2025 sebesar 2,53% terhadap PDB atau Rp616,2 triliun. Adapun jumlah defisit itu lantaran pendapatan negara hanya Rp2.996,9 triliun, sedangkan belanja negara sebesar Rp3.613,1 triliun.
"Akan dibiayai dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang aman dan dikelola secara hati-hati," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 di Gedung DPR Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Berikut gambaran RAPBN 2025
Total pendapatan negara Rp2.996,9 triliun:
Baca Juga: Prabowo Subianto Punya Anggaran Belanja Rp3.613 T di Tahun Pertama Menjabat Presiden RI
Belanja Negara Rp3.613,1 triliun: (pemerintah pusat Rp2.693,2 triliun dan transfer ke daerah Rp919,9 triliun)
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.