Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

Rupiah Melemah Lagi, Presdir BCA Sebut Permintaan terhadap Dolar AS Sedang Tinggi

Kompas.tv - 23 April 2024, 10:37 WIB
rupiah-melemah-lagi-presdir-bca-sebut-permintaan-terhadap-dolar-as-sedang-tinggi
Ilustrasi. Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa (23/4/2024) pagi. (Sumber: Brookings Institution)
Penulis : Dina Karina | Editor : Iman Firdaus

"Dan kalau dilihat dari masyarakat, apalagi sekarang, tidak gampang untuk jual dan beli mata uang asing, terutama USD. Untuk amount kecil mungkin iya. Tapi untuk amount besar yang mempengaruhi market, saya rasa untuk individual players itu hampir tidak ada," ujarnya. 

Terpisah, Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan meminta pemerintah untuk memitigasi pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

Hal itu diperlukan untuk mengantisipasi eskalasi konflik di Timur Tengah yang tidak berhenti atau bahkan semakin bergejolak. Selain itu, mitigasi perlu untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak dunia jika menembus 100 dolar AS per barel.

"Pelemahan rupiah akan membuat harga beli minyak kian tinggi. Akhirnya, industri dan rumah tangga akan menanggung kenaikan harga. Pada ujungnya harga naik, rakyat kian tertekan. Ini adalah konsekuensi nyata dari kenaikan harga komoditas dan pelemahan rupiah sekaligus,” tutur Syarief dalam keterangan tertulisnya, Senin (22/4). 

Baca Juga: Airlangga Sebut Pelemahan Rupiah terhadap Dollar AS Tak Sedalam Malaysia hingga China

Politisi Partai Demokrat itu juga menyoroti posisi utang luar negeri yang cukup besar saat ini, yakni menembus angka 407,3 miliar dolar AS per Februari 2024.

Selain itu, ia mengatakan bahwa jatuh tempo utang yang mendesak dapat menguras cadangan devisa, termasuk intervensi pasar yang dilakukan oleh Bank Indonesia. 

Syarief mengatakan pemerintah perlu memastikan kemandirian ekonomi karena semakin dibutuhkan dan relevan untuk menghadapi gejolak global yang tidak berkepastian.

"Hilirisasi dan industrialisasi adalah kebijakan yang sudah sangat tepat dan harus dilanjutkan. Peningkatan nilai tambah komoditas akan menambal cadangan devisa, dan ujungnya memperkuat fundamental ekonomi," terangnya. 

"Jika ini berkelanjutan, maka gejolak perekonomian global tidak akan begitu berdampak pada stabilitas ekonomi nasional. Saya kira sangat penting untuk pemerintahan mendatang,” tambahnya. 


 



Sumber : Antara



BERITA LAINNYA



Close Ads x