Baca Juga: Airlangga soal Eskalasi Konflik Iran-Israel: Geopolitik Belum Ada Apa-Apa, Kita Tenang Saja
Ia mengarahkan agar BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) yang besar seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, agar mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
"Serta melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan atau bunga utang dalam dolar yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat," kata Erick dalam siaran persnya.
Kemudian, pada Kamis sore, Menko Airlangga menjawab pertanyaan wartawan terkait arahan Erick tersebut.
Airlangga menilai keputusan untuk membeli dolar AS di saat nilai tukar rupiah sedang bergejolak merupakan sikap yang tidak bijaksana.
"Kalau situasi dolar sedang menguat tentu tidak bijaksana untuk beli dolar di harga tinggi. Kita perlu meredam kebutuhan terhadap dolar," ucap Airlangga dalam konferensi pers, Kamis, dikutip dari Breaking News Kompas TV.
Baca Juga: Waspadai Penipuan Impersonation, Pelaku Pakai Nama Entitas Resmi Tawarkan Produk hingga Investasi
Dalam kesempatan yang sama, Wamenkeu Suahasil sepakat dengan pernyataan Airlangga. Dia berharap para pemangku kepentingan bisa menahan impor konsumtif di saat kurs rupiah bergejolak.
Dia juga mengimbau para eksportir bisa membawa pulang devisa hasil ekspor (DHE) ke Indonesia sehingga akan memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
"Memang sudah sesuai dengan aturan ditaruh di dalam negeri, itu ditaruh di dalam negeri untuk periode waktu tertentu. Dan kalau ditaruh dalam negeri lebih panjang, itu ditaruh dalam bentuk deposito, pajaknya itu kita bebaskan," jelas Suahasil.
Sumber : KOMPAS TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.