JAKARTA, KOMPAS.TV- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2023 sebesar 4,94 persen, dibanding periode yang sama tahun lalu.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, pertumbuhan itu terjadi di tengah gejolak perekonomian dunia.
“Di tengah melambatnya perekonomian global, perubahan iklim, dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan, perekonomian Indonesia tumbuh 4,94 persen (yoy),” kata Amalia dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual, Senin (6/11/2023).
"Leading sector ekonomi Indonesia seperti industri pengolahan, pertanian, perdagangan, pertambangan dan konstruksi terus tumbuh,” tambahnya.
Baca Juga: Sri Mulyani Minta Pemda Ikut Pantau Perekonomian AS, China, dan Eropa, Ini Alasannya
Ia menerangkan, pertumbuhan ekonomi itu disumbang mayoritas oleh konsumsi rumah tangga, jika dilihat dari sisi pengeluaran. Konsumsi rumah tangga menyumbang ekonomi sebesar 2,63 persen di kuartal III-2023 dibanding periode Juli-September 2022.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tertinggi dikontribusikan oleh sektor Transportasi dan Komunikasi, yang tercermin dari peningkatan penjualan sepeda motor dan penumpang angkutan rel, laut dan udara, serta restoran dan hotel.
“(Hotel) tercermin dari peningkatan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel,” ujarnya.
Amalia menuturkan, sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap sumber pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2023, lebih kecil dibandingkan kontribusi pada kuartal II-2023 lalu yang sebesar 2,77 persen (yoy) dan kuartal III-2022 yang sebesar 2,81 persen (yoy).
Baca Juga: Mendagri Ingatkan Kepala Daerah soal Inflasi: Presiden Jokowi Ingin Rakyat Perutnya Terisi
Hal itu terjadi, karena di kuartal II-2023 (April-Juni) sudah terjadi puncak konsumsi rumah tangga dengan adanya Hari Raya Idulfitri, Iduladha, dan kenaikan kelas anak sekolah.
“Karena konsumsi rumah tangga telah mencapai puncaknya pada kuartal II-2023,” ucapnya.
Selain konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi juga didorong oleh PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto), dan konsumsi LNPRT (Lembaga Non-profit yang Melayani Rumah Tangga).
Sedangkan jika dilihat dari sektor ekonomi, industri pengolahan atau manufaktur menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar di kuartal III-2023. Yaitu menyumbang sebesar 1,06 persen year on year (yoy).
“Sumber pertumbuhan yang diberikan oleh industri pengolahan pada kuartal III-2023 ini lebih besar daripada kuartal II-2023 (0,98 persen) dan kuartal III-2022 (0,99 persen),” tuturnya.
Baca Juga: Bantuan Makanan dari Dompet Dhuafa Tiba di Gaza, Disalurkan ke Jabila Utara dan Tofah
Pertumbuhan industri manufaktur ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik, di antaranya industri barang logam yang meliputi komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik yang tumbuh 13,68 persen (yoy).
Lalu industri logam dasar yang 10,86 persen (yoy), industri alat angkutan tumbuh 7,31 persen (yoy), serta industri barang galian bukan logam tumbuh 7,20 persen (yoy).
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2023 juga ditopang oleh sektor perdagangan dengan sumber pertumbuhan sebesar 0,66 persen, diikuti sektor transportasi dan pergudangan sebesar 0,61 persen, dan sektor konstruksi sebesar 0,60 persen.
Baca Juga: Atap Stasiun LRT dan Kereta Cepat Bocor, KAI: Sedang Diperbaiki Adhi Karya dan Wika Konstruksi
“Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi, antara lain didorong oleh peningkatan aktivitas produksi, mobilitas masyarakat, kunjungan wisatawan mancanegara, terselenggaranya beberapa acara nasional dan internasional, serta dimulainya kegiatan politik menjelang Pemilu,” ungkapnya.
Namun, pada kuartal III-2023 terdapat tiga komponen yang mengalami pelemahan. Yaitu impor, ekspor dan konsumsi pemerintah yang secara berurutan mengalami kontraksi atau pelemahan masing- masing minus 6,18 persen (yoy), minus 4,26 persen (yoy) dan minus 3,76 persen (yoy).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.