JAKARTA, KOMPAS.TV - Meski tak memiliki hubungan diplomatik, Indonesia ternyata mengimpor sejumlah barang dari Israel dengan nilai ratusan miliar rupiah dalam beberapa tahun terakhir. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, hubungan dagang itu dilakukan bukan oleh pemerintah kedua negara, tapi oleh dunia usaha.
"Kalau kita tidak memiliki hubungan diplomatik, tidak berarti secara ekonomi kita tidak boleh melakukan hubungan dagang. Tetap bisa dilakukan karena ini adalah business to business sifatnya," kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (16/10/2023).
Berdasarkan data BPS, dari Januari hingga September 2023, Indonesia mengimpor barang dari Israel senilai total 14,4 juta dollar AS atau sekitar Rp226,08 miliar (asumsi kurs Rp15.700).
Amalia mengungkap, mayoritas barang yang diimpor terdiri dari mesin peralatan mekanis dan bagiannya dengan kode HS 84. Lalu ada perkakas dan peralatan dari logam tidak mulia dengan kode HS 82. Serta mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya dengan kode HS 85.
Baca Juga: Militer Israel Diduga Gunakan Amunisi Fosfor Putih di Gaza, Amnesty International Punya Bukti
Ia kemudian merinci nilai impor Indonesia dari Israel dalam 3 tahun terakhir. Pada 2020, nilai impornya mencapai 56,5 juta dollar AS atau sekitar Rp887,05 miliar.
Lalu pada 2021, impor dari Israel anjlok setengahnya, menjadi 26,5 juta dollar AS atau sekitar Rp416,05 miliar. Selanjutnya pada 2022, impor dari Israel kembali naik menjadi 47,8 juta dollar AS atau sekitar Rp750,46 miliar.
"Dan sepanjang Januari - September 2023, kita mengimpor dari Israel dengan nilai 14,4 juta dollar AS," ujar Amalia.
Sementara itu, secara keseluruhan, BPS mencatat Indonesia kembali mengalami surplus neraca perdagangan pada September 2023. Yakni sebesar 3,42 miliar dolar AS.
Baca Juga: Menperin Agus Gumiwang Sebut Kawasan Berikat dan PLB jadi Pintu Masuk Barang Impor Ilegal
Sehingga, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 41 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus terjadi nilai ekspor sebesar 20,76 miliar dollar AS dan nilai impor sebesar 17,34 miliar dollar AS.
Sedangkan selama sembilan bulan terakhir, yakni Januari-September 2023, total surplus neraca perdagangan RI mencapai 27,75 miliar dolar AS.
Adapun tiga negara yang menyumbang surplus perdagangan dengan RI adalah Amerika Serikat sebesar nilai 1,15 miliar dolar AS; India sebesar 1,14 miliar dolar AS; dan Filipina sebesar 763 juta dolar AS.
"Kontribusi surplus terbesar dengan Amerika Serikat mencakup mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya, lemak dan minyak hewan nabati, serta pakaian dan aksesorisnya," ucap Amalia.
Baca Juga: Impor Sepeda, Jam Tangan, Kosmetik, Besi-Baja Kena Tarif Tambahan, Harga akan Jadi Lebih Mahal
Sementara tiga negara yang menyumbang defisit untuk neraca dagang RI adalah Australia sebesar 387 juta dolar AS, Thailand 341 juta dolar AS, dan Brasil 206 juta dolar AS.
Defisit ini artinya, impor barang dari 3 negara itu lebih besar dari ekspor barang RI ke Australia, Thailand, dan Brasil.
"Defisit terdalam yang dialami dengan Australia karena didorong oleh tiga komoditas utama yaitu serealia terutama gandum, bahan bakar mineral, dan bijih logam perak dan abu," tuturnya.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.