Tak hanya kopi, Presiden juga menyebutkan sejumlah produk lain yang berpotensi besar untuk dihilirisasi, seperti gula aren, kelapa sawit, hingga rumput laut.
Baca Juga: Presiden Jokowi Buka Suara Tanggapi Anggota Paspampres Culik dan Bunuh Imam Masykur
Presiden pun mengharapkan produk olahan tersebut dapat mengisi pasar dalam negeri dan juga siap untuk diekspor ke luar negeri.
“Kita ini nomor dua di dunia, rumput laut, tapi ekspornya mentahan. Saya cek ke mana ini mentahan, ke Filipina, ke Thailand, kenapa enggak buat industri sendiri di sini, tepung agar bisa dibuat, semi karagenan bisa dibuat, nilai tambahnya langsung melompat semuanya,” kata Jokowi.
Berdasarkan perhitungan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), program hilirisasi akan meningkatkan pendapatan per kapita Indonesia menjadi 10.900 Dolar AS dalam 10 tahun mendatang, 15.800 Dolar AS dalam 15 tahun, dan 25.000 Dolar AS saat Indonesia mencapai Indonesia Emas 2045.
Oleh karena itu, mantan Wali Kota Solo ini berharap pemimpin Indonesia berikut dapat terus melanjutkan program hilirisasi ini.
Baca Juga: MenPANRB Azwar Anas: Jangan Percaya Oknum yang Janjikan Kelulusan CPNS dan Minta Imbalan
“Jangan biarkan mentahan-mentahan itu terus diekspor, industrialisasikan, hilirisasikan di dalam negeri, agar ada kesempatan kerja yang terbuka, nilai tambah kita dapatkan, sehingga negara juga akan dapat nanti. Kalau nilai tambah muncul, negara akan dapat, penerimaan negara otomatis pasti akan naik,” ujar Jokowi.
Presiden juga mendorong penggunaan sistem skor kredit (credit scoring system) dalam pemberian kredit khususnya kredit usaha rakyat (KUR) untuk UMKM.
“Saya masih mendorong terus kepada menteri, kepada OJK, kepada BI, agar kalau bisa urusan kredit KUR ini tanpa agunan. Mestinya harus menggunakan sistem credit scoring, mestinya seperti itu, karena sudah 145 negara untuk UMKM itu menggunakan sistem credit scoring,” terangnya.
Presiden meyakini, penerapan sistem skor kredit ini akan sangat membantu pelaku UMKM untuk merintis dan mengembangkan usahanya.
Baca Juga: FIFA Dan PSSI Kembali Inspeksi Stadion Manahan Solo
“Pengusaha-pengusaha muda yang baru berangkat untuk masuk ke dunia usaha biasanya belum memiliki aset, belum memiliki kolateral, belum memiliki agunan. Jadi kalau peluang diberikan dengan sistem credit scoring itu akan lebih memudahkan,” sebutnya.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.