JAKARTA, KOMPAS.TV - 17 Ramadan tahun 58 hijriah sosok Sayyidah Aisyah, istri dari Nabi Muhammad SAW berpulang. Hari itu, pada Ramadan yang harusnya jadi bulan indah bagi umat Islam, umat Islam bersedih.
Bagaimana tidak, sosok Aisyah bagi umat islam bukan sekadar istri dari Rasulullah semata. Lebih dari itu, beliau adalah sosok ilmuwan cerdas, ahli hadis dan tempat bertanya umat terkait Islam sepeninggal Nabi.
Beliau memiliki julukan Ummul Mukminin, yang bermakna ibunda bagi seluruh umat yang beriman di seluruh dunia. Salah satu istri yang paling dicintai Rasulullah setelah Khadijah.
Selain sebagai istri Nabi, Aisyah dalam hidupnya dikenal memiliki pengetahuan yang luas.
Selama di Madinah, misalnya, Aisyah juga membuat semacam pesantren atau madrasah ilmu, tempat belajar Islam dan terletak di pojok Masjid Nabawi, tak jauh dari kuburan Rasulullah
Dikutip dari buku Aisyah: Kekasih yang Indah (2017) karya Sa'id Al-A'zawi An-Nabawi, tempat itu jadi kiblat pencinta Rasulullah dan kebahagiaan umat Islam.
Ke madrasah itu pula, para penuntut ilmu berdatangan dan kelak madrasah tersebut memberikan pengaruh kuat bagi perkembangan pemikiran Islam sepanjang sejarah.
“Orang-orang meminta fatwa hukum dan menanyakan beragam persoalan kepada Aisyah dan ia pun menjawab pertanyaan tersebut. Orang-orang beruntung memperoleh barakah dan menerima pelajaran sunah Rasululal langsung dari mulut Aisyah—sosok yang paling dekat dengan Nabi,” tulisnya hal.33.
Dalam sebuah hadis yang termaktub Sahih Bukhari juga disebutkan, Aisyah merupakan Istri yang paling dicintai Nabi Muhammad. Konteks hadis ini adalah, sahabat Amr bin Ash ketika bertanya tentang orang yang dicintai Nabi.
"Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?" Beliau menjawab, "Aisyah". "Kalau dari kalangan laki-laki?" tanya Amr lagi. Rasulullah menjawab: "Ayahnya [Abu Bakar]," (H.R. Bukhari dan Muslim).
Aisyah jatuh sakit selama beberapa bulan jelang Ramadan, meskipun begitu beliau tetap tidak pernah mengeluh sedikitpun. Bahkan, ketika dijenguk para sahabat, ia seperti tidak menunjukkan dirinya sakit.
“Baik, Alhamdulillah,” kata Aisyah.
Beliau pun berpulang setelah mengabdikan seluruh hidupnya untuk umat. Ia wafat tatkala salat witir pada 17 Ramadan 58 Hijriah atau 13 Juli 678 Masehi. Ketika Aisyah berusia 67 tahun.
Sahabat Abu Hurairah lah yang memimpin salat jenazah untuk Aisyah.
Aisyah dimakamkan pada malam itu pula di Baqi, sebuah pemakaman utama yang terletak di Madinah, tak jauh dari Masjid Nabawi.
Dikisahkan, orang-orang berkerumun, bertakziyah, dan datang dari segala penjuru angin. Tidak pernah ada kerumunan sebanyak itu dalam sebuah malam.
Pada hari itu, pada 17 Ramadan, telah berpulang seorang sumber ilmu paling penting dalam sejarah Islam. Seorang yang begitu dikasihi Rasulullah dan perempuan paling cerdas dalam sejarah Islam.
Aisyah bukanlah sekadar perempuan biasa, melainkan ia dulu lentera ilmu bagi seluruh umat Islam sepanjang masa.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.