JAKARTA, KOMPAS.TV – Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengizinkan Bulog menyerap gabah petani dengan harga lebih tinggi dari sebelumnya.
Hal ini sebagai upaya menjamin ketersediaan bahan pangan, terutama beras, menjelang Ramadan yang akan jatuh pada pekan keempat bulan Maret.
Instruksi itu disampaikan Presiden Jokowi dalam rapat tertutup membahas ketersediaan pangan menjelang bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (24/2/2023).
Dalam rapat itu, Presiden menanyakan ketersediaan 12 komoditas pangan utama, yakni beras, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, daging sapi, daging ayam, telur, gula, dan minyak goreng.
Dalam hal ini, demi menjamin ketersediaan beras, Bulog menyesuaikan harga pembelian gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG).
Terkait hal ini, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengungkapkan, pada awalnya Bulog menyerap GKP dengan harga Rp4.200 per kilogram (kg), tetapi kini menjadi Rp4.640 per kg.
Begitu pula GKG yang semula diserap dengan harga Rp 5.250 per kg, kini menjadi Rp 5.700 per kg. Bulog juga menetapkan harga serap beras medium menjadi Rp 9.000 per kg dari sebelumnya Ro 8.300 per kg.
“Kami pastikan petani tidak rugi saat panen raya,” katanya, dikutip dari Kompas.id.
Baca Juga: Saat Kamu Harus Tahu, Porsi Nasi Warteg Sekarang Dikurangi Gara-gara Harga Beras Mahal
Namun, harga tersebut sebenarnya masih di bawah harapan petani.
Arief beralasan, angka itu ditetapkan karena pemerintah harus menyeimbangkan harga beli Bulog dengan harga jual kepada konsumen.
Apabila harga di tingkat petani terlampau tinggi, maka harga eceran beras akan naik dan seperti saat ini, beras menjadi pendorong inflasi tertinggi.
Adapun Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menuturkan, Bulog siap menyerap hasil panen raya. Saat ini di gudang Bulog tersedia 405.000 ton beras dan terus didistribusikan.
Tahun ini, Bulog ditugaskan menyerap 2,4 juta ton beras. Pada panen raya ini, diperkirakan Bulog bisa menyerap sampai 70 persen dari tugas tersebut yang akan menjadi cadangan beras pemerintah.
Baca Juga: Harga Cabai dan Beras di Bali Mulai Naik
Di sisi lain, impor 500.000 ton beras yang dilakukan bertahap sejak Desember dilanjutkan. Sedikitnya 50.000 ton beras impor baru akan masuk Februari ini.
Impor dinilai penting untuk mengendalikan inflasi.
“Apalagi (kalau) enggak impor, (harga beras bisa naik) lebih tinggi lagi,” katanya.
Arief manambahkan, impor dilakukan terukur untuk menjaga harga beras di tingkat petani. Lagi pula, saat ini tak mudah mengimpor bahan pangan karena negara-negara lain juga mengamankan cadangan pangannya.
Sumber : Kompas TV, Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.