JAKARTA, KOMPAS.TV- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5,3 persen dibanding 2021. Angka itu merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir, atau sejak 2013 yang tumbuh sebesar 5,56 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, efektivitas kebijakan penanganan pandemi Covid-19 berperan besar dalam menjaga keberlanjutan pemulihan ekonomi.
Aktivitas ekonomi untuk dapat pulih lebih cepat, karena bauran kebijakan program vaksinasi dan pendekatan yang tepat dalam penerapan pembatasan sosial masyarakat yang adaptif.
“Alhamdulillah meski sejak tahun 2022 pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan melambat, ekonomi Indonesia mencatatkan konsistensi tren pertumbuhan yang sangat baik,” kata Sri Mulyani dalam keteranangan tertulisnya, Selasa (7/2/2023).
Dana ribuan triliun rupiah yang digelontorkan dalam Program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN), telah memberikan dorongan besar bagi pemulihan ekonomi nasional di tahun 2022.
Sri Mulyani juga menekankan pentingnya peranan APBN sebagai peredam tekanan atau shock absorber. Ia menjelaskan, saat pandemi terjadi disrupsi di sisi suplai akibat meningkatnya optimisme perbaikan ekonomi di sejumlah negara maju. Namun hal itu belum diikuti dengan perbaikan sisi produks, sehingga menyebabkan naiknya tekanan inflasi.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Anggaran Kemiskinan Tidak Habis untuk Rapat, tapi Diberi Langsung ke Rakyat
Perang di Ukraina kemudian mengakibatkan gangguan pasokan sehingga harga komoditas, khususnya pangan dan energi, melonjak tajam. Akibatnya, banyak negara menghadapi tekanan inflasi yang sangat tinggi.
Inflasi di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan Eropa, mencatatkan rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Namun semua tekanan itu bisa diredam dampaknya dengan belanja APBN yang optimal.
“Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Minyak Goreng, penambahan anggaran subsidi dan kompensasi energi, penambahan BLT terkait penyesuaian harga BBM, bantuan subsidi upah, serta penguatan dana transfer ke daerah untuk pengendalian inflasi digulirkan oleh Pemerintah,” ujar Sri Mulyani.
“Inflasi domestik terkendali pada level yang moderat, hanya 5,5 persen di tahun 2022, sehingga daya beli masyarakat dan keberlanjutan pemulihan ekonomi terjaga,” tambahnya.
Tingkat inflasi yang relatif terkendali, lanjut Sri Mulyani, menjadi salah satu faktor penting bagi laju ekspansi konsumsi di sepanjang 2022, termasuk di triwulan IV 2022.
Baca Juga: Aliran Duit Kampanye Parpol Jadi Vitamin untuk Pertumbuhan Ekonomi 2023
Inflasi yang terkendali juga menjaga daya beli masyarakat, serta adanya perbaikan tingkat kemiskinan nasional yang kembali turun dari 9,7 persen (September 2021) menjadi 9,6 persen (September 2022).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu memaparkan, pengeluaran konsumsi Pemerintah turun sebesar 4,5 persen di tahun 2022, sejalan dengan turunnya belanja penanganan pandemi.
Di tahun 2022, belanja negara tahun dialihkan kepada tantangan-tantangan terkini, termasuk dalam meredam gejolak dinamika perekonomian dunia.
“Kebutuhan belanja terkait dengan pemberian bantuan sosial kepada kelompok masyarakat berpendapatan rendah dinaikkan. Belanja subsidi dan kompensasi di tahun 2022 tercatat sebesar Rp 551 triliun atau naik 192,7 persen dibandingkan tahun 2021,” ungkap Sri Mulyani.
Untuk tahun 2023, bendahara negara ini optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih baik. Namun, pemerintah akan tetap waspada dengan tantangan dan kemungkinan yang ada.
Baca Juga: Warga Mohon Tiang Listrik PLN Dipindahkan Malah Diminta Rp4,3 Juta, Ternyata Ini Aturannya
Dalam World Economic Outlook terbitan Januari 2023, IMF memprediksi pertumbuhan global tahun 2022 dan 2023 sebesar 3,4 persen dan 2,9 persen, atau lebih tinggi 0,2 persen dibanding proyeksi sebelumnya pada Oktober 2022.
Revisi ke atas ini didorong penguatan kinerja di beberapa negara besar sejak akhir 2022 dan mulai meredanya tekanan inflasi dunia yang diprediksi melambat secara gradual di tahun 2023.
Ia menegaskan, APBN 2023 juga telah dipersiapkan agar senantiasa waspada namun optimis kepada potensi perekonomian ke depan.
“Berkat kerja keras APBN sebagai peredam tekanan global, Indonesia masih menjadi negara dengan predikat “The Bright Spot” di tengah guncangan global saat ini. Ini yang harus terus kita jaga dengan tetap optimis, namun juga waspada,” tutup Menkeu.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.