Sebelumnya, Bulog sudah menyampaikan rencana impor 200.000 ton beras ini. Hal itu dilakukan karena Bulog tak bisa menyerap beras petani di dalam negeri secara maksimal. Dari target penyerapan 500.000 ton beras, hanya bisa 166.000.
"Maka kita harus siapkan minimal 200.000," ucap Buwas seperti dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: RI Impor 325.000 Ton Beras Sepanjang 2022, Mayoritas Broken Rice Untuk Pakan Ternak
Namun untuk impor beras 200.000 ton tersebut bukanlah hal mudah. Sebab saat ini aturan dari negara-negara penghasil beras untuk mengekspor ke Indonesia juga cukup rumit.
"Negara-negara itu juga membatasi, bahkan ada yang sama sekali menutup, menutup untuk dia ekspor, karena dia butuh juga. Thailand, Vietnam, India, Pakistan, Myanmar, itu semua punya peraturan dari negara-negara itu," jelas Buwas.
Bahkan ada satu negara yang awalnya sudah berkomitmen untuk mengekspor berasnya ke Indonesia namun gagal lantaran waktu yang disediakan sangat singkat.
"Belum perizinannya segala macam. Jadi ini enggak mudah," sebutnya.
Baca Juga: Sembako hingga Emas Batangan Bebas PPN, Simak Aturan Terbaru Ditjen Pajak
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, Kementerian Perdagangan sudah mengizinkan impor beras sebanyak 500.000 ton.
Hanya saja tahun ini memang hanya bisa didatangkan 200.000 ton. Sementara sisanya sebanyak 300.000 ton masih harus dirapatkan lagi oleh pemerintah.
"Bicara kuota impor itu per tahun nggak bisa nyebrang tahun. 31 Desember itu 200.000 ton, itu juga lagi berjuang cari stok segitu, dalam waktu singkat juga kan nggak muda. (Sisa tahun depan) Kita lihat sama sama, kalau itu nyebrang tahun itu harus dirapatkan lagi," jelasnya.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.