KOMPAS.TV – Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Kolaka merupakan salah satu unit bisnis PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yang mengelola sumber daya mineral nikel di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Antam mengelola tambang nikel di Sulawesi Tenggara sejak 1968, dan pabrik Feronikel (FeNi) di Pomalaa sejak 1974. Hasil produksi bijih nikel yang diolah menjadi FeNi dijual di pasar ekspor ke India, Tiongkok, dan Korea Selatan, sementara untuk bijih nikel dijual di pasar domestik untuk memenuhi kebutuhan smelter dalam negeri.
UBP Nikel Kolaka memproses pengolahan nikel mulai dari penambangan bijih nikel hingga diproses di pabrik menjadi FeNi. General Manager Unit Bisnis Pertambangan Nikel Kolaka Nilus Rahmat menjelaskan proses pengolahan nikel lebih lanjut.
Baca Juga: Menelusuri Keunikan Proses Penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk
Sebelum memasuki area tambang dan pabrik pengolahan FeNi, pengunjung diwajibkan berpakaian standar keamanan (safety). Jika diperhatikan, area pertambangan nikel memiliki beberapa batu berwarna kehijauan. Warna tersebut menandakan adanya bijih nikel di dalam batuan.
Proses Penambangan Nikel oleh UBPN Kolaka
UBP Nikel Kolaka melakukan dua metode penambangan nikel, yaitu secara open pit dan open cast. Penambangan nikel dimulai dari proses land clearing atau pembersihan lahan. Kemudian, dilakukan stripping top soil atau pengupasan lapisan atas tanah.
Tanah yang dikelupas kemudian disimpan untuk dimanfaatkan pada proses reklamasi. Setelah itu, akan dilakukan penggalian (digging) dan pengumpulan (hauling) ore yang akan dibawa menuju persiapan ke pabrik pengolahan nikel.
Penambangan selesai dilakukan ketika sudah tidak ada kandungan bijih nikel di dalam pit (lubang tambang). Selanjutnya, akan dilaksanakan reklamasi dari top soil yang telah disimpan sebelumnya untuk ditanami pepohonan.
Proses pengolahan feronikel
Dari tambang, bijih nikel akan ditampung dan dianalisis lalu memasuki proses pengeringan ore nikel menggunakan rotary dryer. Setelah kadar air dikurangi, ore nikel memasuki impeller breaker untuk menyesuaikan dengan ukuran ore yang diinginkan.
Bijih nikel yang telah dikumpulkan, kemudian dibawa menggunakan conveyor belt menuju tanur pengering dan tanur kalsinasi sebelum dileburkan. Peleburan ini bertujuan untuk memisahkan feronikel dan slag. Slag merupakan limbah nikel atau ampas dari jenis batuan hasil pembuangan dan pembakaran feronikel.
Setelah itu, feronikel akan dimurnikan di rotary reduction kilns untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang ada. Hasil dari pemurnian ini akan menjadi dua, yaitu FeNi dengan kadar arang tinggi dan FeNi dengan kadar arang rendah.
Setelah semua proses selesai, FeNi akan dimasukan ke dalam proses casting dan packing. Hasil akhir berupa feronikel High Carbon FeNi dan Low Carbon FeNi akan dicetak untuk dikemas dan diekspor dalam kemasan kurang lebih berisi satu ton FeNi.
Nilus menerangkan, seluruh proses produksi di sini diatur dari satu tempat, yaitu dari control room. FeNi yang sudah siap akan dikirim menggunakan kapal kargo dari dermaga Antam.
Dalam usaha menjaga lingkungan, Antam memaksimalkan limbah slag agar dapat digunakan kembali yaitu dengan dijadikan poton, bahan konstruksi untuk bangunan yang biasa dijadikan paving block dan conblock.
Baca Juga: Harmonisasi Alam dan Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Tambang Nikel Sorowako
Poton banyak digunakan untuk bangunan-bangunan di sekitar kompleks Antam, seperti masjid, ruang keamanan, dan beberapa fasilitas di sport center.
Dalam menjalankan good mining practices, Antam mereklamasi area-area bekas tambangnya. Tanaman-tanaman yang ditanam di sini merupakan jenis tanaman yang cepat bertumbuh dan tanaman endemik.
Tidak hanya mereklamasi area bekas tambang, Antam juga turut menjaga ekosistem pesisir pantai dengan menanam mangrove. Aktivitas ini merupakan bentuk kepedulian Antam dalam usaha menjaga kelestarian lingkungan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.