JAKARTA, KOMPAS.TV – PT Timah Tbk yang berdomisili di Pangkalpinang, Bangka Belitung ini merupakan perusahaan produsen dan eksportir logam timah terbesar di Indonesia. Perusahaan timah ini juga memiliki wilayah operasi di Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat Daya, hingga Cilegon.
Tidak hanya di Indonesia, PT Timah Tbk juga memegang peranan pada industri pertambangan dunia. Lebih dari 90 persen hasil timah yang dihasilkan PT Timah Tbk menjadi komoditas ekspor.
Perusahaan yang berdiri sejak 1976 ini bergabung ke Bursa Efek Indonesia pada 1995 dan menjadi anggota MIND ID (Mining Industry Indonesia), BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia.
Proses pengelolaan timah dilakukan PT Timah Tbk secara terintegrasi, mulai dari eksplorasi, penambangan, pengolahan, serta pemasaran.
Selain pertambangan, perusahaan ini juga bergerak di bidang lain, seperti perbengkelan dan galangan kapal, jasa rekayasa teknik, hingga penambangan non-timah.
Selain berfokus pada pertambangan timah, PT Timah Tbk tetap lekat akan misinya untuk menjaga lingkungan dan berkontribusi sosial. Hal ini terbukti dari berbagai program corporate social responsibility atau CSR berkelanjutan yang dilakukan perusahaan.
Staf Bidang Perencanaan dan Monitoring CSR Subandi Yunus menjelaskan beberapa program CSR yang telah dilakukan PT Timah Tbk.
Rangkaian program tersebut merupakan wujud implementasi kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Pemanfaatan Bekas Lokasi Tambang sebagai Kawasan Konservasi
Faktanya, kegiatan pertambangan berisiko meninggalkan jejak yang tidak kecil. Hal tersebut disadari PT Timah Tbk sehingga memunculkan komitmen akan kepedulian dan pelestarian lingkungan.
Salah satu program konservasi yang telah dilakukan PT Timah Tbk adalah pengembangan kawasan Kampoeng Reklamasi Air Jangkang. Kawasan tersebut dijadikan bagian dari program reklamasi pascatambang berkelanjutan melalui revegetasi atau penanaman kembali.
Setelah dilakukan penanaman kembali, lahan seluas 31 hektare yang nyaris hancur akibat kegiatan tambang bisa kembali dimanfaatkan masyarakat. Pada tahun 2020, terdapat 129 jenis flora dan 59 famili tumbuhan di kawasan konservasi tersebut.
Di samping kegiatan penanaman sejumlah tumbuhan khusus, PT Timah Tbk juga memberdayakan masyarakat sekitar untuk bertani dan berternak.
PT Timah Tbk juga mengubah Desa Air Jangkang menjadi Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi. PPS Alobi yang dibuat di lahan seluas 4 hektare ini bertujuan menyelamatkan satwa liar yang dilindungi Undang-Undang.
Tidak hanya konservasi satwa liar, daerah tersebut berfungsi sebagai tempat wisata yang juga dapat menghasilkan manfaat bagi masyarakat.
Pelestarian Budaya di Wilayah Lingkar Tambang
PT Timah Tbk tak lupa berkontribusi sosial dengan memberdayakan Suku Lom atau masyarakat Adat Mapur yang berada di Dusun Air Abik.
Program pelestarian adat dan budaya Mapur dirancang berdasarkan keunggulan turun temurun, seperti pembangunan rumah adat Suku Lom yang disebut Memarong.
Berbekal keahlian khusus masyarakat Lom, perusahaan membangun tujuh Memarong. Pembangunan Memarong bertujuan meningkatkan kemandirian masyarakat adat sekaligus melestarikan seni dan budaya asli daerah.
Desain rumah adat yang khas juga dapat menarik wisatawan sehingga dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar.
PT Timah Tbk juga mengadakan pemberdayaan masyarakat adat melalui inovasi dan kolaborasi, seperti penulisan buku, pelatihan UMKM, menenun, kampung budaya, serta peningkatan kompetensi masyarakat Suku Lom.
Kegiatan ini dilaksanakan guna menaikkan kualitas hidup dan berkembangnya masyarakat Suku Lom yang berada di lingkar tambang.
Museum Timah Muntok sebagai Sarana Pembelajaran tentang Tambang
Dalam upaya berkontribusi lebih luas terhadap masyarakat, PT Timah Tbk juga mengelola bangunan bersejarah di Bangka Belitung.
Bekas Kantor Pusat Penambangan Timah Bangka yang dibangun pemerintahan Belanda dan diambil alih Jepang ini sempat terabaikan setelah kemerdekaan Indonesia.
PT Timah Tbk melakukan konservasi dan membuatnya menjadi sebuah museum yang terbuka untuk masyarakat umum yang ingin mengetahui sejarah pertimahan.
Museum Timah Indonesia yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Muntok, Bangka Barat, Bangka Belitung ini menyimpan warisan sejarah sejak zaman kolonial.
Museum yang diresmikan 7 November 2013 ini terdiri dari sembilan galeri berisi berbagai benda koleksi sejarah yang berkaitan dengan pertambangan timah di Indonesia.
Masyarakat awam pun dapat lebih mengerti tentang keadaan tambang sejak zaman dahulu hingga sekarang lewat museum ini.
Galeri pertama dan kedua Museum Timah Indonesia Muntok memuat sejarah perkembangan sosial dan budaya yang ada di Muntok.
Galeri ketiga membahas cara eksplorasi timah, galeri keempat berisikan tambang tentang timah di darat, sementara galeri kelima berisi pembahasan tambang timah di laut.
Proses peleburan timah dibahas di galeri keenam dan ketujuh, sedangkan galeri delapan dikhususkan pada pemetaan tambang darat dan tambang laut.
Terakhir, galeri sembilan menampilkan peta pertambangan timah di dunia dan Indonesia, alat pengukur kandungan timah, alat pemetaan wilayah, serta berbagai macam jenis timah mentah.
Selain itu, terdapat galeri khusus yang menampilkan kehidupan pribadi Bung Karno dan Bung Hatta selama masa pengasingan di Muntok.
Di Jalan Ahmad Yani No 179, Kota Pangkalpinang juga terdapat Museum Timah Indonesia yang didirikan sejak 1958 sekaligus merupakan museum timah pertama di Asia.
Dengan berbagai macam program CSR ini, PT Timah Tbk menunjukkan komitmennya dalam kegiatan yang bertanggung jawab.
Usaha yang dilakukan PT Timah Tbk diharapkan mampu melestarikan budaya serta alam di sekitar lingkungan tambang secara berkelanjutan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.