Salah satunya untuk menyebarkan berita hoaks yang seolah-olah “disampaikan” secara langsung oleh orang yang kompeten.
Selain itu, tak sedikit dari kalangan selebritis maupun masyarakat biasa yang dapat menjadi korban aksi kriminal dengan deepfake. Terutama dalam pembuatan konten pornografi, baik untuk mengeruk keuntungan maupun unsur balas dendam.
Tak sedikit pula oknum tak bertanggung jawab yang memanfaatkan aplikasi ini dalam aksi kejahatan seperti pencurian identitas, blackmail, dan pencemaran nama baik.
Tak tanggung-tanggung, tokoh-tokoh internasional seperti Barack Obama, Emma Watson, Scarlett Johansson, sampai mantan Presiden Trump pernah menjadi korban aplikasi ini.
Manfaat Deepfake App
Teknologi memang seperti dua sisi mata pisau, orang bisa mengambil manfaat dari keberadaannya, atau justru menggunakannya untuk merugikan pihak lain. Walaupun cukup kontroversial, manfaat deepfake juga cukup besar.
Dalam industri hiburan contohnya, kita mengenal teknologi deepfake CGI yang dapat “menghidupkan” kembali aktor atau aktris yang telah wafat dalam sebuah film. Contohnya seperti kemunculan mendiang Paul Walker dalam film Fast and Furious 7 yang urung dibintanginya karena sang aktor tewas kecelakaan.
Selain itu Star Wars: The Force Awakens juga berhasil memunculkan kembali mendiang Carrie Fisher.
Contoh deepfake bermanfaat lainnya adalah membantu meningkatkan sales pada industri ritel. Pasalnya, keberadaan teknologi ini memudahkan pelanggan untuk mencoba suatu produk secara virtual. Seperti contohnya pada busana, sepatu, hingga tatanan rambut.
Dengan begitu, calon konsumen akan lebih mantap melakukan pemesanan jika merasa produk incaran memang cocok untuknya.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Tes PCR Teknologi Baru yang Bisa Deteksi Omicron
Teknologi deepfake app berfungsi untuk merekayasa foto, video, dan audio dengan memasukkan unsur-unsur sesuai keinginan pembuatnya. Kecerdasan buatan ini memiliki manfaat dan risiko yang sama besarnya.
Pasalnya, deepfake sangat berpotensi menjadi alat tindak kejahatan, tetapi juga mempunyai manfaat besar, terutama dalam industri hiburan dan retail.
Walaupun terlihat sangat canggih, namun deepfake tetap dapat dideteksi oleh mereka yang tidak mudah percaya sebuah konten. Caranya adalah dengan mencermati warna kulit, bentuk wajah, dan model rambut dalam suatu video yang kamu curigai sebagai deepfake.
Konten-konten palsu demikian ini umumnya tak terlihat alami, terbukti dari kedipan mata yang berlebihan.
Memang sudah ada teknologi untuk mendeteksi konten-konten rekayasa saat ini, namun akurasinya masih dipertanyakan, sementara deepfake masih terus berkembang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.