Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
JAKARTA, KOMPAS.TV - Masih ingat polemik revitalisasi Taman Ismail Marzuki?
Proyek revitalisasi TIM yang sedang dilakukan oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro) berdasarkan perintah dari Pergub No.69 Tahun 2019 ini sontak menuai penolakan dan kritik dari para seniman.
Para seniman menilai revitalisasi TIM ini kental dengan unsur komersialisasi untuk menaikkan pendapatan daerah.
Mereka meminta proyek revitalisasi TIM ini dihentikan.
Selain menolak revitalisasi TIM untuk dikomersilkan menjadi Wisma Seni, para seniman juga menolak TIM dikelola oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
Para seniman juga tidak ingin taman-taman seni dan budaya lainnya mengalami nasib yang serupa seperti yang dialami oleh TIM.
Hal ini dinilai tidak selaras dengan warisan dari Pendiri TIM, Gubernur Ali Sadikin yang sejak awal telah memberikan TIM sepenuhnya kepada seniman dan pengelolaannya oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
Bahkan sebelumnya, Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki sudah mengadukan Anies Baswedan ke Komisi X DPR karena tidak ada forum diskusi dengan seniman sebelum merevitalisasi TIM.
Namun, hal yang sangat menarik perhatian ialah para seniman yang tergabung dalam #SaveTIM ini melakukan aksi protes dengan mengadakan Silent Action di jalan depan trotoar TIM setiap hari Jumat pukul 17.00-selesai.
Silent Action ini diisi dengan beragam kegiatan seni seperti pembacaan sajak, tarian, atraksi melukis, bernyanyi dan bermain alat musik.
Silent Action menjadi cara para seniman ini untuk menunjukkan jati diri mereka tanpa menghilangkan makna dan tujuan aslinya, untuk menyuarakan tuntutan dan penolakan mereka terhadap TIM yang direvitalisasi demi komersialiasitas.
Karena sejatinya jika seni dikomersialiasi, maka 'ruh' dari berkesenian itu akan mati.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.