Bukan hanya itu, dalam kondisi tertentu, persepsi ini mungkin saja ikut melibatkan hormon.
Persepsi waktu didasari atas informasi yang diolah oleh otak terkait dengan aktivitas yang dilakukan selama perjalanan.
"Rangsangan dari luar yang diterima berupa apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, serta terkait pula dengan kondisi lingkungan yang menyertainya," terang Husin.
Semua hal tersebut lantas berdampak pada kemampuan otak dalam memersepsikan jangka waktu sebuah aktivitas.
Hal lain yang menyebabkan perjalanan pulang terasa lebih cepat daripada pergi adalah karena perjalanan pulang juga familiar.
Kembali ke persepsi waktu yang terasa lebih singkat saat pulang, patut diduga bahwa sedikitnya informasi mengenai tempat yang dituju saat pergi dan diketahuinya informasi tentang tempat tersebut saat pulang, menjadi salah satu hal yang memengaruhi cara otak dalam memersepsikan waktu tempuh.
Faktor tambahan, lanjut Husin, yang juga mungkin berperan adalah jenis aktivitas yang dilakukan selama perjalanan.
Aspek tersebut terkait erat dengan rangsangan yang diterima. Bila seseorang disibukkan dengan banyak hal selama perjalanan, persepsi waktu perjalanan yang singkat akan cenderung dirasakan.
"Sebagai kesimpulan, perbedaan waktu, berupa Efek Kappa, yang dirasakan antara pergi dan pulang merupakan fenomena yang terkait dengan cara otak memersepsikan waktu, dan tidak ada hubungannya dengan sifat waktu secara fisika," pungkas Husin.
Baca Juga: World Vaccine Update Eps 28 : Cerita Nakes hingga Pengalaman Vaksinasi Tim Roadtrip Indonesia
Baca Juga: Fakta Menarik Cappadocia di Turki, Destinasi Wisata Populer Idaman Traveler
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.