"Mempelajari interaksi pasang-surut dan orbit ini sangat penting untuk memahami efek yang mungkin terjadi terhadap iklim Bumi," kata NASA.
Baca Juga: BMKG Tegaskan Suhu Panas di Indonesia Tak Berkaitan dengan Heat Wave
Meski demikian, tidak perlu khawatir Bulan akan benar-benar meninggalkan Bumi atau sebaliknya. Fenomena saling menjauh ini disebabkan oleh interaksi gravitasi yang kompleks antara kedua benda langit tersebut.
Tarikan gravitasi Bulan menyebabkan lautan di Bumi menggembung ke arahnya, menghasilkan fenomena pasang surut yang kita kenal.
Di sisi lain, gravitasi Bumi juga membentuk efek serupa di Bulan, menjadikan satelit alami Bumi tersebut berbentuk bulat sempurna.
Dilansir Kompas.com, Senin (10/6/2024), ahli astrofisika di Universitas California, Santa Cruz, Amerika Serikat, Madelyn Broome mengatakan pergeseran massa air di Bumi akibat pasang surut Bulan menimbulkan gaya gesek pada permukaan planet kita.
Tarik-menarik gravitasi antara Bumi dan Bulan inilah yang secara bertahap memperlambat rotasi Bumi pada porosnya.
Ia memperkirakan 4,5 miliar tahun lalu, ketika Bulan baru terbentuk, satu hari di Bumi hanya berlangsung selama lima jam. Bahkan pada 1,4 miliar tahun silam, durasi satu hari di planet ini masih berkisar 18 jam.
Lebih lanjut, para peneliti juga menyimpulkan bahwa di masa lampau, Bulan pernah berada jauh lebih dekat dengan Bumi.
Pada jarak yang begitu dekat, interaksi gravitasi Bumi bahkan mampu mengoyak dan membentuk permukaan Bulan.
Sumber : NASA, Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.