JAKARTA, KOMPAS.TV - Hujan meteor Geminid akan terlihat di langit Indonesia, dengan fase puncaknya pada Kamis-Jumat (14-15/12/2023).
Menurut Royal Museums Greenwich, hujan meteor ini telah berlangsung sejak 4 Desember lalu namun puncaknya diperkirakan terjadi pada malam ini hingga matahari terbit.
Sementara menurut akun X Planetarium Jakarta, hujan meteor Geminid ini akan terjadi dari malam ini dari jam 20.05 WIB hingga besok pagi pukul 05.07 WIB.
"Hujan Meteor Geminid mulai aktif sejak tanggal 4 sampai 17 Desember 2023. Puncaknya terjadi pada tanggal 14-15 Desember 2023. Fenomena ini dapat sahabat amati sejak pukul 20.05 WIB hingga Matahari terbit," tulis akun tersebut.
Lantas, bagaimana cara melihat hujan meteor Geminid di Indonesia?
Selama hujan meteor Geminid ini, Setidaknya 50 meteor per jam akan menghiasi langit Indonesia.
Menurut staf peneliti Observatorium Bosscha di Bandung, Jawa Barat, Agus Triono, fenomena astronomi ini bisa dilihat dari berbagai wilayah di Indonesia.
“Pada tanggal tersebut, rasi Gemini sudah bisa dilihat jelas sekitar 20.00 WIB malam. Jadi mestinya peristiwa ini (hujan meteor Geminid) bisa dilihat sepanjang malam,” kata Agus dikutip dari Kompas.com, Selasa (12/12).
Untuk melihat hujan meteor Geminid tidak sulit. Fenomena ini akan bisa dilihat langsung dengan mata.
Baca Juga: Penampakan Meteor di Langit Yogyakarta, Warga Sempat Mengira Itu Banaspati
Akan tetapi, dengan catatan cuaca sedang cerah dan langit gelap bebas polusi cahaya.
“Bisa dilihat langsung, atau dengan kamera digital jika ingin direkam,” ujarnya.
Selain itu, jika cuaca bagus dan mendukung, akan terlihat sebanyak 120 meteor per jam.
“Hujan meteor Geminid adalah peristiwa tahunan, setiap Desember ada. Jadi sama spesialnya dengan hujan meteor yang lain-lain,” jelasnya.
Mengenai prosesnya, hujan meteor Geminid ini terjadi ketika Bumi melintasi daerah sisa-sisa dari komet atau asteroid pada jalur orbitnya.
“Beda dengan hujan meteor lain yang biasanya dari ekor komet, Geminid ini disebabkan oleh debu sisa-sisa asteroid 3200 Phaethon,” terang Agus.
Asteroid yang tersisa akan terbakar ketika memasuki atmosfer Bumi, menciptakan efek "bintang jatuh".
Debu sisa dari asteroid 3200 Phaethon itu kemudian menghasilkan hujan meteor jika lihat dari permukaan Bumi.
Meskipun demikian, dipastikan bahwa hujan meteor ini tidak memiliki dampak pada Bumi.
“Tidak ada dampaknya (bagi Bumi),” pungkasnya.
Baca Juga: Soal Benda Langit yang Muncul di Yogyakarta, BRIN Sebut Meteor Sporadik, Apa Itu?
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.