Baca Juga: Pengertian Silent Majority, Istilah yang Viral Pasca Quick Count Pemilu 2024
Kebenaran dan Kebatilan Bagaikan Pohon
Berbicara tentang kebenaran, Al-Qur’an memberi kita analogi yang indah, “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah Membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhan-nya.” (Ibrahim 24-25)
Menurut para mufassir kalimat toyyibah dalam ayat ini adalah kalimat tauhid. Ada bermacam tafsiran mengenai makna kalimat tauhid, tapi yang jelas kalimat itu adalah kebenaran. Dan kita meyakini kebenaran itu berwujud Islam.
Pertama, Allah ingin menegaskan bahwa kebenaran itu pasti toyyibah (indah). Kata indah di sini berlaku untuk keseluruhan. Secara dhohir dan batinnya harus indah. Karenanya, kita harus mempertanyakan jika ada orang yang memperjuangkan kebenaran dengan cara yang buruk bahkan keji. Kebenaran mana yang sedang ia perjuangkan?
Kebenaran itu tetaplah indah dan baik meski hanya segelintir orang yang ikut bersamanya. Dan kebatilah tetaplah buruk meski sangat banyak pengikutnya, “Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu.” (Al-Ma’idah 100)
Dalam ayat ini, Allah tidak menggambarkan Islam sebagai batu, namun Allah menyebutnya seperti pohon. Islam tak seperti batu yang kuat namun tidak tumbuh dan bergerak.
Islam adalah pohon yang memiliki akar kuat sehingga tidak ada yang bisa menggoyahkan batangnya. Tidak hanya kuat, pohon itu memiliki cabang yang menjulang ke langit dan selalu menghasilkan buah.
Begitulah Allah menggambarkan Islam. Islam bukan agama yang jumud dan kaku. Ia selalu fleksibel, up to date dan fresh.
Di sisi lain ada kebatilan, bagaimana Allah menggambarkannya?
“Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.” (Ibrahim 26)
Kebatilan itu pasti buruk. Walau ia diikuti oleh mayoritas, walau ia dibungkus dengan tampilan yang indah. Kebatilan akan tetap buruk. Ia bagaikan pohon yang tak memiliki akar. Coba bayangkan sebuah pohon tanpa akar. Tak menunggu angin keras, ditiup pun ia akan runtuh. Kebatilan tidak pernah stabil.
Terkadang terlihat amat kuat, padahal di dalamnya sangat rapuh. Kekuatannya semu. Hanya menunggu waktu saat para pejuang kebenaran tiba, kebatilan akan segera lenyap.
Haq dan Bathil dalam Kehidupan Sehari-hari
Baca Juga: Penetapan Awal Ramadan Berpotensi Berbeda, Wapres Ma'ruf Amin: Kita Harus Pengertian dan Legawa
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.