Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
BANDUNG, KOMPAS.TV - Alih fungsi lahan Kawasan Bandung Utara (KBU) dari hutan ke pertanian dan permukiman warga ternyata sudah berdampak bagi lingkungan sekitarnya.
Salah satu wilayah terdampak itu adalah kawasan Cicaheum Kota Bandung.
Warga di kawasan Cicaheum Kota Bandung ini mengeluhkan banjir yang kerap terjadi saat turun hujan.
Nah, salah satu penyebab banjir di sini karena sudah mengguritanya alih fungsi lahan KBU tersebut.
Sejatinya KBU ini memang diperuntukan resapan air.
Bukan malah dijadikan lahan pertanian produktif dan tempat permukiman atau perumahan warga.
“Banjir bisa tiga jam di sini (Cicaheum). Setelah itu surut. Tapi bersih-bersih rumah bisa dua minggu-an,” kata Wawan, warga Cicaheum, Bandung, kepada Reporter Nazla Afifa dan Kameramen Sunandar dari Kompas TV, Jumat (29/11/2017).
Menurut pria paruh baya ini, banjir tersebut akibat dari atas bukit (gunung) yang kini sudah pada gundul.
Tak ada pepohonan keras (besar) sebagai resapan dan membendung air.
“Di sana (perbukitan) sudah dibangun perumahan-perumahan. Dampaknya ke bawah sini. Pemerintah harus tanggulangi penanaman pohon besar lagi di atas (bukit/gunung) supaya jangan dibikin perumahan-perumahan,” ujar Wawan berharap.
Bagi pegiat Odesa Indonesia, Basuki Suhardiman, persoalan silang-sengkarut KBU itu harus dilakukan secara bertahap dan sinergi.
Pertama, terlebih dahulu harus dilakukan pemetaan kepemilikan tanah.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.