Kompas TV regional jawa tengah dan diy

Ketika Budaya Jawa dan Tionghoa Bertemu di Karnaval Budaya Grebeg Sudiro Solo

Kompas.tv - 27 Januari 2025, 13:51 WIB
ketika-budaya-jawa-dan-tionghoa-bertemu-di-karnaval-budaya-grebeg-sudiro-solo
Rombongan pemuda membawa patung Garuda Pancasila dalam kegiatan karnaval budaya Grebeg Sudiro, di kawasan Pasar Gede, Solo, Minggu (26/1/2025). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Gading Persada

SOLO, KOMPAS.TV – Deretan lampion yang didominasi warna merah dan kuning tergantung rapi di kawasan Pasar Gede, Kota, Solo, Jawa Tengah. Ribuan orang berjubel di bawah lampion-lampion itu.

Angin siang yang bertiup pelan, menggoyangkan deretan lampion tersebut ke kanan dan ke kiri, seperti menari mengikuti irama tetabuhan khas alat musik tradisional Tionghoa di tempat itu.

Di tepi jalan sebelah utara Pasar Gede, ratusan orang dengan kostum dan penampilan beragam bersiap mengikuti karnaval budaya Grebeg Sudiro.

Cuaca siang itu sangat cerah, bahkan sinar matahari cukup panas menyengat. Namun, ribuan peserta karnaval dan pengunjung yang berkumpul tak surut oleh teriknya mentari.

Sekitar tujuh pria berkostum tokoh pewayangan Semar berwarna merah berjalan dari arah utara menuju pasar, tempat panggung utama karnaval berada.

Beberapa meter di belakang rombongan Semar, seorang pria berkostum ksatria Tionghoa berjalan diiringi oleh pria lain yang mengusung dua ksatria wanita Tionghoa.

Sementara, tidak jaug dari mereka, serombongan penari gedruk bersiap melakukan atraksi, tepat di depan penjual mainan anak berupa miniatur barongsai dan liong atau naga.

Kelompok penari itu terdiri dari dua grup. Pertama, sekelompok pria berkostum raksasa dengan rambut awut-awutan.

Kelompok kedua adalah sejumlah penari wanita yang mengenakan pakaian khas Jawa. Gerakan mereka rapi dan tertata, dengan suara gemerincing dari lonceng kecil yang terpasang pada kaki para penari pria.

Seorang penari buto gedrug duduk di aspal sebelum mengikuti karnaval budaya Grebeg Sudiro, di kawasan Pasar Gede, Solo, Minggu (26/1/2025). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Di tepi sebelah timur jalan, dua perempuan berpayung sedang bercengkrama. Satu dari mereka membantu rekannya menata make up agar tampak lebih unik. Mereka menggunakan kaca jendela mobil sebagai cermin.

Di bagian depan, tidak jauh dari panggung utama, beberapa kelompok kesenian tradisional Tiongkok sudah berjajar rapi menunggu giliran untuk tampil dalam karnaval. Mulai dari kelompok penari Liong hingga Barongsai.

Sekitar pukul 13.00 WIB, kegiatan karnaval budaya dimulai dengan beberapa sambutan dari atas panggung, dilanjutkan dengan karnaval. Para peserta berjalan menuju Jalan Jenderal Sudirman.

Kemudian mereka menuju Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Ketandan, Jalan RE Martadinata, Jalan Cut Nyak Dien, Jalan Juanda, Simpang Warung Pelem, Jalan Urip Sumoharjo, dan kembali ke Pasar Gede.

Baca Juga: Foto-Foto Meriahnya Kirab Budaya Grebeg Sudiro di Kawasan Pasar Gede Solo

Sebanyak tiga mobil pemadam kebakaran dan satu unit ambulans mengiringi para peserta karnaval saat berkeliling. Mobil pemadam kebakaran juga menyiramkan air di ruas jalan yang akan dilalui oleh peserta.

Kegiatan Rutin Tahunan Jelang Imlek

Kegiatan karnaval budaya Grebeg Sudiro hari itu, Minggu (26/1/2025) adalah perhelatan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Surakarta dan warga dalam menyambut Imlek.

Grebeg Sudiro mulai dilaksanakan pada tahun 2008 lalu. Artinya, tahun ini merupakan yang ketujuh belas kalinya perhelatan itu berlangsung.

Event tersebut bukan hanya sebagai obyek wisata, melainkan juga wujud nyata dari semangat kebersamaan antaretnis yang ada di Kota Solo, khususnya di Sudiroprajan yang dikenal sebagai pecinan.

“Semangat kebersamaan yang menggabungkan dua budaya besar, yakni Jawa dan Tionghoa, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sudiroprajan selama bertahun-tahun,” kata Ketua Panitia Grebeg Sudiro 2025, Arsatya Putra Utama, dalam laporannya.

Meski sudah belasan tahun terselenggara, panitia pelaksana Grebeg Sudiro tahun ini terus mengingatkan bahwa masyarakat harus terus hidup rukun berdampingan meski berasal dari latar belakang etnis dan budaya berbeda.

Oleh sebab itu, panitia mengambil tema “Harmony in Diversity” pada event Grebeg Sudiro tahun ini.

“Mengingatkan kita bahwa meski kita berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, namun dapat hidup berdampingan dengan penuh rasa hormat dan saling memahami.”

Keberagaman etnis warga Kota Solo, khususnya kawasan Sudiroprajan, juga memunculkan asimilasi di tengah masyarakat.

Kelompok penari jaran kepang yang ikut dalam karnaval budaya Grebeg Sudiro, di kawasan Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Minggu (26/1/2025). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Bukan hanya asimilasi budaya, tetapi juga pada sektor kuliner. Paduan kuliner Tionghoa dan Jawa tersebut dapat ditemui di pedagang kue tradisional di area pasar.

“Di sini ada asimilasi, di masyarakat Sudiroprajan ini akhirnya bertemu antara Jawa dan Cina, termasuk kulinernya. Jadi tidak hanya budaya saja, tapi kuliner yang ada di Sudiroprajan,” kata Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa dalam sambutan.

“Nguri-uri budaya ini penting sekali, di mana Kota Surakarta ini dinyatakan kota yang toleransi, kota yang paling aman dan nyaman, maka inilah budaya-budaya yang ada, dan salah satunya ada di Sudiroprajan,” bebernya.

Konsistensi dan semangat masyarakat serta pemerintah setempat dalam menggelar kegiatan Grebeg Sudiro selama belasan tahun ini juga mendapat apresiasi dari Kementerian Pariwisata.

Tahun ini, Grebeg Sudiro kembali terpilih sebagai Kharisma Event Nusantara 2025, meskipun keterpilihan itu belum diumumkan secara resmi.

“Grebeg Sudiro ini, yang 2025, walaupun belum diumumkan, kembali terpilih sebagai Kharisma Event Nusantara 2025. Bahkan dalam rangkaian kegiatan kami di 2025 yang pertama itu di Kota Surakarta,” kata Asisten Deputi Event Daerah Kemenpar, Reza Fahlevi.

“Ini menjadi harapan agar ke depan kegiatan ini akan semakin baik lagi, semakin banyak didatangi wisatawan, dan semakin meningkatkan, memberikan dampak yang lebih besar kepada masyarakat,” harapnya.

Wisata Bersama Keluarga

Kegiatan karnaval budaya Grebeg Sudiro menjadi salah satu event yang dinantikan oleh masyarakat, bukan hanya dari Kota Solo semata, tetapi juga dari daerah lain.

Rahayu, warga Kabupaten Klaten, sengaja berkunjung ke Solo untuk melihat langsung karnaval budaya tersebut. Ia datang bersama suami dan seorang anaknya menggunakan sepeda motor.

Grebeg Sudiro 2025 bukan perhelatan pertama yang ia datangi. Sejak beberapa tahun terakhir, Rahayu dan keluarga selalu menyempatkan diri menyaksikan Grebeg Sudiro. Terlebih, sang suami berasal dari Solo.

Baca Juga: Sambut Tahun Baru Imlek 2024, Kota Solo Gelar Grebeg Sudiro, Berikut Jadwal Acaranya

Siang itu, setelah peserta karnaval berangkat dari depan panggung utama, ia menemani anaknya membeli jajanan kuliner yang banyak terdapat di tempat itu.

Nggih saben tahun mriki, ningali Grebeg Sudiro (Setiap tahun ke sini, melihat Grebeg Sudiro). Tur nggih mesti nyuwun jajanan (Selalu minja jajan),” kata dia sambil tertawa.

Rahayu berpendapat kegiatan seperti Grebeg Sudiro bukan hanya menarik untuk dilihat karena selalu menyajikan sesuatu yang berbeda, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian.

Sebab, setiap kegiatan itu berlangsung, ada banyak penjaja kuliner maupun mainan anak yang berjejer di lokasi untuk menunggu pembeli.

Memang, hari itu di sepanjang jalan sekitar Pasar Gede Solo berjejer penjual kuliner maupun pedagang asongan yang berkeliling.

Bukan hanya kuliner, pedagang mainan anak pun berderet di tepi jalan. Warna-warna cerah menyala dari mainan-mainan itu menjadi daya tarik tersendiri untuk pengunjung, khususnya anak-anak.

Hal menarik lain adalah saat beberapa anak dan orang tuanya juga terlihat membeli balon dari penjual yang mengenakan kostum badut. Di bagian dada penjual terdapat kotak bertuliskan “Jual Balon Bayar Seikhlasnya”.

“Kita yang ibu-ibu juga senang kalau ada penjual balon begini, karena nggak perlu menawar harga. Anak-anak juga senang,” kata dia.

Pembagian ribuan kue keranjang pada warga yang hadir dalam acara Grebeg Sudiro, di kawasan Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Minggu (26/1/2025). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Ternyata para pengunjung memanfaatkan jeda waktu saat peserta karnaval berkeliling dengan membeli jajanan, sambil menunggu kedatangan mereka.

Beberapa belas menit kemudian, saat seluruh peserta karnaval telah tiba kembali di kawasan itu, kegiatan ditutup dengan pembagian ribuan kue keranjang pada pengunjung.


 

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : Kompas TV

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x