Keberagaman etnis warga Kota Solo, khususnya kawasan Sudiroprajan, juga memunculkan asimilasi di tengah masyarakat.
Bukan hanya asimilasi budaya, tetapi juga pada sektor kuliner. Paduan kuliner Tionghoa dan Jawa tersebut dapat ditemui di pedagang kue tradisional di area pasar.
“Di sini ada asimilasi, di masyarakat Sudiroprajan ini akhirnya bertemu antara Jawa dan Cina, termasuk kulinernya. Jadi tidak hanya budaya saja, tapi kuliner yang ada di Sudiroprajan,” kata Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa dalam sambutan.
“Nguri-uri budaya ini penting sekali, di mana Kota Surakarta ini dinyatakan kota yang toleransi, kota yang paling aman dan nyaman, maka inilah budaya-budaya yang ada, dan salah satunya ada di Sudiroprajan,” bebernya.
Konsistensi dan semangat masyarakat serta pemerintah setempat dalam menggelar kegiatan Grebeg Sudiro selama belasan tahun ini juga mendapat apresiasi dari Kementerian Pariwisata.
Tahun ini, Grebeg Sudiro kembali terpilih sebagai Kharisma Event Nusantara 2025, meskipun keterpilihan itu belum diumumkan secara resmi.
“Grebeg Sudiro ini, yang 2025, walaupun belum diumumkan, kembali terpilih sebagai Kharisma Event Nusantara 2025. Bahkan dalam rangkaian kegiatan kami di 2025 yang pertama itu di Kota Surakarta,” kata Asisten Deputi Event Daerah Kemenpar, Reza Fahlevi.
“Ini menjadi harapan agar ke depan kegiatan ini akan semakin baik lagi, semakin banyak didatangi wisatawan, dan semakin meningkatkan, memberikan dampak yang lebih besar kepada masyarakat,” harapnya.
Kegiatan karnaval budaya Grebeg Sudiro menjadi salah satu event yang dinantikan oleh masyarakat, bukan hanya dari Kota Solo semata, tetapi juga dari daerah lain.
Rahayu, warga Kabupaten Klaten, sengaja berkunjung ke Solo untuk melihat langsung karnaval budaya tersebut. Ia datang bersama suami dan seorang anaknya menggunakan sepeda motor.
Grebeg Sudiro 2025 bukan perhelatan pertama yang ia datangi. Sejak beberapa tahun terakhir, Rahayu dan keluarga selalu menyempatkan diri menyaksikan Grebeg Sudiro. Terlebih, sang suami berasal dari Solo.
Baca Juga: Sambut Tahun Baru Imlek 2024, Kota Solo Gelar Grebeg Sudiro, Berikut Jadwal Acaranya
Siang itu, setelah peserta karnaval berangkat dari depan panggung utama, ia menemani anaknya membeli jajanan kuliner yang banyak terdapat di tempat itu.
“Nggih saben tahun mriki, ningali Grebeg Sudiro (Setiap tahun ke sini, melihat Grebeg Sudiro). Tur nggih mesti nyuwun jajanan (Selalu minja jajan),” kata dia sambil tertawa.
Rahayu berpendapat kegiatan seperti Grebeg Sudiro bukan hanya menarik untuk dilihat karena selalu menyajikan sesuatu yang berbeda, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian.
Sebab, setiap kegiatan itu berlangsung, ada banyak penjaja kuliner maupun mainan anak yang berjejer di lokasi untuk menunggu pembeli.
Memang, hari itu di sepanjang jalan sekitar Pasar Gede Solo berjejer penjual kuliner maupun pedagang asongan yang berkeliling.
Bukan hanya kuliner, pedagang mainan anak pun berderet di tepi jalan. Warna-warna cerah menyala dari mainan-mainan itu menjadi daya tarik tersendiri untuk pengunjung, khususnya anak-anak.
Hal menarik lain adalah saat beberapa anak dan orang tuanya juga terlihat membeli balon dari penjual yang mengenakan kostum badut. Di bagian dada penjual terdapat kotak bertuliskan “Jual Balon Bayar Seikhlasnya”.
“Kita yang ibu-ibu juga senang kalau ada penjual balon begini, karena nggak perlu menawar harga. Anak-anak juga senang,” kata dia.
Ternyata para pengunjung memanfaatkan jeda waktu saat peserta karnaval berkeliling dengan membeli jajanan, sambil menunggu kedatangan mereka.
Beberapa belas menit kemudian, saat seluruh peserta karnaval telah tiba kembali di kawasan itu, kegiatan ditutup dengan pembagian ribuan kue keranjang pada pengunjung.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.