Pada tanggal yang sama tapi terjadi pada 05.00 WIB, sebuah jembatan roboh di Kelurahan Randuacir, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, akibat banjir bandang kiriman dari Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Akibat kejadian ini, 4 orang korban tertimbun robohan jembatan. 1 orang korban sempat loncat dan sudah sampai rumah dengan selamat.
Sementara itu, 2 orang korban dibawa ke rumah sakit dan 1 orang korban meninggal.
Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi serta lereng curam mengakibatkan tanah longsor di Kabupaten Kebumen pada Sabtu (2/3/2024) sekitar 20.00 WIB. Tujuh lokasi terdampak tanah longsor: 1) Dk. Kalipetir, Ds. Sadangkulon; 2) Dk. Kaligesing, Desa Seboro; 3) Dk. Karanganyar, Desa Seboro; 4) Dk. Jojogan, Desa Seboro; 5) Dk. Jombret Desa Seboro; 6) Dk. Geong, Desa Seboro; dan 7) Ds. Kedunggong.
Akibat kejadian ini, 2 rumah rusak sedang, 4 rumah rusak ringan, dan 1 orang mengalami luka ringan.
Pada 4 Desember terjadi tebing longsor di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Tebing setinggi 6x8 meter longsor, menimbulkan ancaman bagi rumah yang berada di sekitarnya. Untungnya, tidak ada korban jiwa akibat longsor ini.
Kemudian, pada 26 Desember pukul 20.15 WIB, terjadi longsor di Jalan Raya Nasional di Desa Brayut, Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara.
Tebing setinggi 10 meter dengan lebar 6 meter longsor dan menutup sebagian badan jalan, menyebabkan terhambatnya arus lalu lintas.
Di penghujung tahun 2024, tepatnya 31 Desember pukul 23.45 WIB, longsor juga terjadi di Kecamatan, Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, akibat hujan intensitas tinggi dan struktur tanah labil.
Longsor ini menimbulkan dampak pada 23 kepala keluarga sehingga harus mengungsi.
Lantas, melihat tingginya potensi longsor di Jawa Tengah maupun Indonesia, bagaimana cara mengenali daerah rawan longsor?
Baca Juga: Longsor Tebing Setinggi 15 Meter Timpa Mobil Warga di Desa Sebatu Bali
Berikut ini ciri-ciri daerah rawan longsor, menurut BPBD.
1. Daerah bukit, lereng dan pegunungan dengan kelerengan lebih dari 20 derajat.
2. Kondisi lapisan tanah tebal diatas lereng.
3. Sistem tata air dan tata guna lahan yang buruk.
4. Lereng terbuka atau gundul akibat penebangan pohon secara brutal.
5. Adanya retakan pada bagian atas tebing.
6. Terdapat mata air atau rembesan air pada tebing yang disertai dengan longsoran kecil.
7. Pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti adanya bangunan rumah atau sarana lainnya.
Lalu, langkah apa yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan longsor?
Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya longsor, menurut BPBD.
1. Hindari Membuat Sawah Di Atas Lereng. Sawah di atas lereng mengakibatkan permukaan lereng akan penuh dengan air sehingga tanah rentan bergeser dan longsor.
2. Tidak membangun Rumah Di Bawah Tebing. Mendirikan rumah di bawah tebing meningkatkan potensi longsor sehingga harusnya dihindari.
3. Hindari menebang Pohon di Sekitar Lereng. Pohon di sekitar lereng membantu mencegah longsor karena akar pohon akan membantu menahan tanah yang tergerus air.
4. Jangan Mendirikan Bangunan Di Sekitar Sungai. Bangunan di sekitar sungai akan menimbulkan jarak yang tinggi antara bibir tebing terhadap sungai. Hal ini akan meningkatkan risiko longsor.
5. Membuat Terasering. Terasering berguna memperlambat aliran permukaan (run off) ketika hujan.
Sumber : Kompas TV, BPBD, Kemkes
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.