GUNUNGKIDUL, KOMPAS.TV - 3 kabupaten dalam status siaga darurat hidrometeorologi yakni Kulonprogo, Gunungkidul dan Sleman. Di Gunungkidul, terdapat 13 kecamatan yang terdampak kekeringan.
Merespons kekeringan dampak kemarau panjang sejak awal Juni lalu, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah menetapkan status siaga darurat kekeringan. Penetapan ini berdasarkan prediksi BMKG, bahwa kemarau diperkirakan dimulai di bulan Juni, dan puncaknya di bulan Agustus.
Untuk mengantisipasi kekeringan, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah menyiapkan pasokan atau dropping air, ke daerah yang sulit air. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul memiliki potensi stok air bersih sebanyak 1.000 tangki. Sebanyak 544 tangki sudah didistribusikan ke 17 kelurahan di 7 kecamatan.
Sementara untuk 13 kecamatan yang rawan kekeringan, terdapat stok sebanyak 2741 tangki. Dari jumlah itu, sudah terdistribusi sebanyak 70 persen di masing-masing kecamatan. BPBD juga menyiapkan 5 tangki air untuk melayani permohonan masyarakat.
“Gunungkidul sejak 1 Juni sampai 31 Agustus 2024 ini berstatus siaga darurat kekeringan, ini karena berdasarkan prediksi BMKG, bahwasanya kemarau mulai bulan Juni dan kita rasakan puncaknya Agustus, dan sesuai dengan surat keputusan bupati nomor 135, pak bupati telah menetapkan siaga darurat kekeringan di Gunungkidul, " ungkap Purwono, Kepala Pelaksana BPDB Gunungkidul.
Untuk antisipasinya Kabupaten Gunungkidul telah menyiapkan dropping air untuk darurat kekeringan ini.
"Total ada 13 kapanewon, yang kami layani saat ini ada 7 kapanewon dan sisanya dilayani oleh kapanewon dengan anggaran kapanewon,” lanjutnya.
Saat ini terdapat 13 kecamatan di Gunungkidul, atau lebih dari 14.900 keluarga yang terdampak kekeringan. 7 kecamatan sudah terlayani melalui permohonan yang diajukan ke BPBD.
#kekeringan #gunungkidul #airbersih
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.