Kompas TV regional bali nusa tenggara

Gili Trawangan Terancam Krisis Air Bersih Pekan Ini, Asosiasi Hotel Gili Siap Tuntut PDAM

Kompas.tv - 10 Juni 2024, 13:51 WIB
gili-trawangan-terancam-krisis-air-bersih-pekan-ini-asosiasi-hotel-gili-siap-tuntut-pdam
Ilustrasi situasi dermaga pelabuhan Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Rabu (28/9/2022). (Sumber: Kompas.tv/Vyara)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Gading Persada

GILI TRAWANGAN, KOMPAS.TV – Rencana penghentian produksi pengolahan air laut menjadi air minum atau desalinasi air laut di Gili Trawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) pekan ini menuai respons dari asosiasi hotel Gili. 

Ketua Gili Hotel Association (GHA) Lalu Kusnawan menyebut pihaknya siap menuntut Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PDAM) Amerta Dayan Gunung yang melayani pendistribusian air bersih di Gili Trawangan jika penghentian pasokan air bersih benar terjadi.

“Ya, saya akan tuntut PDAM,” ujarnya pada Kompas.tv lewat sambungan telepon, Senin (10/6/2024).

Menurutnya, PDAM harus bertanggung jawab atas potensi kerugian yang ditimbulkan oleh para pengusaha hotel di Gili Trawangan khususnya, dan masyarakat Gili Trawangan pada umumnya.

“PDAM sudah hadir, terus tiba-tiba dia tidak memenuhi kebutuhan, potential loss itu jadi tanggung jawab siapa? Kalau seandainya ada kerusakan lingkungan, ya tetap jangan korbankan pelanggannya,” tegasnya. 

“Harusnya PDAM yang memastikan pihak ketiga (PT TCN) yang diajak bekerja sama sudah mengikuti aturan. Logikanya kan begitu."

Baca Juga: Pekan Ini, Gili Trawangan yang Mendunia Itu Terancam Kehilangan Akses Air Bersih

Adapun PT Tirta Cipta Nirwana (TCN) yang bekerja sama dengan PDAM Amerta Dayan Gunung untuk menyuplai air bersih di Gili Trawangan berencana menutup produksi desalinasi air laut selama lima hari terhitung mulai Kamis (13/6/2024) pekan ini. 

Rencana penghentian produksi ini menyusul penghentian paksa aktivitas pengeboran pipa intake atau lubang asupan baru milik PT TCN di dalam laut oleh Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang Wilayah Kerja Taman Wisata Perairan Gili Trawangan, Meno, dan Air (BKKPN Kupang Wilker TWP Tramena) bersama Pengawas dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (PSDKP KKP) karena terindikasi merusak terumbu karang alias mencemari lautan pada Kamis (6/6) pekan lalu.

Baca Juga: Imbas Pencemaran di Laut Gili Trawangan, Pengeboran Pipa PT TCN Dihentikan Sementara

Lebih lanjut Kusnawan menyebut, permasalahan penyediaan air bersih ini harus diselesaikan pemerintah dengan cepat. Apalagi, kunjungan wisatawan di tiga gili sudah mulai memasuki high season atau musim ramai di bulan Juni.

“Saya prihatin. Sekarang mulai high season. Masalah ini harus diselesaikan bukan dalam hitungan meeting berhari-hari, tapi seperti Bung Karno bilang dalam Proklamasi, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ini hajat hidup orang banyak,” tandasnya.

Kusnawan merujuk Gili Meno, pulau yang terletak di antara Gili Trawangan dan Gili Air, yang hampir sebulan belakangan kehilangan akses air bersih. 

“Kasihan yang di (Gili) Meno. Mereka pakai air isi ulang, mendatangkan air bersih pakai tongkang dari Lombok. Biaya tongkang pengangkut air bersih itu sekali drop Rp2,5 juta, dan ini ditanggung oleh hotel, bukan pemerintah,” terang pria yang pula menjabat sebagai Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) NTB itu.

Kapal tongkang yang mengangkut air bersih berkapasitas 2.200 liter tampak merapat di Gili Meno, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Juni 2024. Imbas krisis air bersih di Gili Meno, masyarakat dan pengusaha di pulau itu harus mengupayakan ketersediaan air bersih secara swadaya. (Sumber: Istimewa)

Adapun sebelumnya pendistribusian air bersih di Gili Meno dilakukan oleh PT Berkat Air Laut (BAL), perusahaan swasta bekerja sama dengan PT Gerbang NTB Emas (GNE). PT BAL-GNE ini pula yang sebelumnya menyuplai air bersih di Gili Trawangan sebelum tersandung masalah izin pengeboran air laut tanpa izin dan digantikan PT TCN-PDAM.

Sejak Direktur Utama PT BAL William John Matheson dan Dirut PT GNE Samsul Hadi ditetapkan sebagai tersangka kasus pengeboran air tanpa izin dan ditahan pada 20 Mei 2024, suplai air bersih ke Gili Meno pun tersendat.

“Ini tidak bisa dilakukan pembiaran. Pemerintah harus turun tangan. Gila, ini destinasi wisata internasional. Daerah di Lombok yang kekurangan air itu Gili Islands, justru daerah yang subur (pariwisatanya). Ini ibarat tikus mati di lumbung,” tuturnya.

Baca Juga: Geger Semburan Lumpur dalam Laut di Gili Trawangan, BKKPN Siap Turunkan Tim Investigasi

Sementara terkait sistem pendistribusian air bersih menggunakan pipa bawah laut seperti yang diterapkan di Gili Air sebagai solusi permasalahan air bersih di Gili Trawangan, Kusnawan menyebutnya bukan solusi yang tepat untuk jangka pendek.

“Apa semudah itu menarik pipa bawah laut untuk mengalirkan air? Jelas perlu waktu. Untuk jangka pendek, tidak bisa,” ucapnya.


 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x