Terkait biaya pemasangan meter air yang dinilai mahal, pihak PDAM pun angkat bicara.
“Kenapa di Gili Air, tarif airnya lebih murah? Karena di sana, kita masih pakai pipa (untuk mengalirkan) air gunung, bukan produksi. Di Gili Trawangan, kita menggunakan air laut langsung, dan butuh biaya produksi untuk mengolah air laut. Biaya listrik, juga biaya bahan kimia dan sebagainya,” papar Malik Achmad Aljabar, asisten manajer keuangan PDAM Amerta Dayan Gunung pada warga yang menghadiri sosialisasi di Kantor Dusun Gili Trawangan.
Baca Juga: Tak Mau Dicurigai Masyarakat, Pemprov NTB Gandeng KPK Tertibkan Aset Daerah di Gili Trawangan
Pihak PDAM juga mengeklaim air yang diproduksinya layak diminum, dan menyebut air yang diproduksi PT BAL kurang layak dikonsumsi.
“Air yang kami produksi itu layak dikonsumsi, bisa langsung diminum, tidak seperti air PT BAL yang kurang layak dikonsumsi,” ujar Malik.
Terkait klaim itu, Direktur Utama PT BAL John Matheson membantahnya.
“Tidak benar itu,” kata John Matheson dalam pesan singkat kepada Kompas.tv, Rabu (28/9).
“Seminggu lalu kondisinya justru kebalikannya, pH air mereka terlalu rendah untuk standar air minum, tapi tampaknya mereka sudah memperbaikinya sekarang,” imbuhnya merujuk satuan ukuran keasaman air.
PH, atau Potential of Hydrogen, merupakan derajat keasaman yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan. Adapun nilai pH air minum yang biasa dikonsumsi, umumnya mendekati angka 7. Angka tersebut dianggap netral atau seimbang karena tidak terlalu asam dan tidak pula terlalu basa.
“Tingkat pH standar adalah antara 6,5 – 8, paling bagus sekitar 7,2,” terang John.
“Selama beberapa bulan pertama, (tingkat pH) air mereka (PDAM) justru di bawah 6,” imbuhnya.
Sama seperti sebagian besar warga Gili Trawangan, Kule menilai kisruh penyediaan pelayanan air bersih di Gili Trawangan sebagai sesuatu yang tak perlu terjadi, yang justru mengorbankan masyarakat.
“PDAM dan PT BAL ini kenapa harus berkonflik? Kalau PDAM (mau memonopoli penyediaan air), kenapa PDAM tidak bayar saja itu meter punya PT BAL, supaya masyarakat di bawah tidak bergejolak? Kenapa malah kami yang harus keluarkan biaya untuk ini itu?!” protesnya.
Pendapat senada juga disuarakan Marianna, warga Gili Trawangan lainnya. Ia juga mempertanyakan kabar yang menyebut bahwa PT BAL akan berhenti beroperasi pada 15 Oktober mendatang.
“Sudah jelas masyarakat tidak mampu beli meter air. Kenapa PT BAL harus tutup? Kenapa PDAM takut bersaing? Biarkan saja dua-duanya beroperasi, PT BAL dan PDAM, biar mereka bersaing secara sehat menyediakan air bersih, dan biarkan masyarakat memilih mana yang terbaik yang mereka mau,” pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.