KOMPAS.TV - Erupsi Gunung Semeru mengakibatkan korban jiwa, korban terluka, dan ribuan warga kini masih bertahan di pengungsian.
Upaya penanganan yang cepat dan tepat seperti instruksi Presiden Joko Widodo mutlak diperlukan mulai dari evakuasi warga, logistic, dan layanan kesehatan di pengungsian.
Ahli Kebencanaan UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Slamet mengatakan bahwa fenomena Gunung Semeru merupakan erupsi sekunder.
Setiap gunung api pasti memiliki kecenderungan yang berbeda ketika gunung tersebut erupsi atau meletus.
Baca Juga: Tertinggi Ketiga di Indonesia, Ini Fakta-fakta Menarik Soal Gunung Semeru!
Dalam kasus Gunung Semeru ini, erupsinya berupa guguran kubah dan produk erupsi.
Ahli Kebencanaan UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Slamet menyampaikan, “Gejala-gejala yang perlu dicermati kalau ada akumulasi kubah selama proses satu dua tahun sebelumnya dalam jumlah yang besar dan belakangan jumlahnya meningkat karena hujan deras, maka potensi erupsi bisa terjadi, seperti halnya yang terjadi pada Desember tahun lalu dan sekarang terjadi lagi, tapi dengan jumlah volume yang berbeda.”
Dikutip dari Kompas.com, berdasarkan data sementara yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB per Sabtu (4/11/2021), kejadian bencana awan panas guguran Gunung Semeru telah berdampak di 6 desa yang berada di 2 Kecamatan di Kabupaten Lumajang. Selain itu, sebaran abu vulkanik telah berdampak di 11 desa/kelurahan di 9 kecamatan.
Baca Juga: Satu Korban Meninggal Dunia Erupsi Gunung Semeru Diduga Akibat Hirup Abu Panas
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.