BANJARBARU, KOMPAS.TV - Wahana Lingkungan Hidup Kalimantan Selatan (Walhi Kalsel) menegaskan bencana banjir yang selalu dirasakan masyarakat Kalimantan Selatan tak hanya terkait intensitas hujan yang tinggi di saat musim penghujan.
Walhi Kalimantan Selatan menilai banjir yang kerap menimpa Kalimantan Selatan khususnya daerah yang berada dekat dengan Pegunungan Meratus seperti Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin merupakan hasil dari kerusakan ekologis.
Baca Juga: Debit Air Sungai Martapura Meninggi, Warga Khawatirkan Potensi Banjir
Terus berkurangnya hutan karena aktivitas pertambangan batubara, ditambah menjamurnya perkebunan sawit di Kalimantan Selatan dituding Walhi sebagai penyebab utama kerusakan alam dan mengakibatkan banjir.
Walhi Kalsel juga mengungkapkan hampir 50 % wilayah Kalimantan Selatan kini telah dibebani dengan izin pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit.
Sehingga mengakibatkan menipisnya penyangga air hujan seperti pepohonan dan hutan.
Walhi Kalsel mendesak pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat serius menangani permasalahan banjir.
Sama seriusnya dengan menangani wabah covid 19 yang kini masih terjadi di Indonesia.
"Kalsel selalu saya ingatkan dalam posisi darurat ruang dan bencana ekologis, kalau hujan banjir, kalau kemarau kebakaran lahan, pemerintah harus sadar," ungkap Direktur Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono.
Baca Juga: Korban Banjir HST Mulai Keluhkan Gatal dan Flu, Petugas Periksa Kesehatan dan Pengobatan Gratis
Berdasarkan data yang dimiliki Walhi Kalsel dari total 3,7 juta hektar luas wilayah Kalimantan Selatan, 33 % telah diberikan izin pertambangan khususnya pertambangan batubara.
Sementara 17 % lahan telah dikuasai perizinan perkebunan kelapa sawit.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.