Selanjutnya, jika ada warga yang menemukan gejala demam dengue, seperti demam, mual, pusing, nyeri perut, Irma meminta warga segera memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat.
Sedangkan mengenai adanya pihak yang menyelenggarakan fogging atau pengasapan mandiri, dia mengimbau warga untuk tetap berkoordinasi dengan Puskesmas setempat.
“Karena, fogging itu ada aturannya. Hubungi Puskesmas, tanyakan apakah fogging itu sudah berizin,” sebutnya.
Baca Juga: Waspada! Kota Tangerang Catat Peningkatan Kasus Demam Berdarah Sejak Agustus-Oktober 2021
Selain mewaspadai DBD, Irma juga meminta warga mewaspadai penyakit Leptospirosis. Menurutnya, hingga September sudah ada 184 kasus, dengan jumlah kematian mencapai 35 kasus.
Sebanyak 21 kabupaten dan kota di Jawa Tengah telah melaporkan adanya kasus ini.
Kata Irma, masa inkubasi penyakit itu cukup singkat. Dalam waktu 7-10 hari setelah terpapar, penyakit bisa mengalami perburukan jika tidak diobati.
Oleh karenanya, warga disarankan segera melapor ke Puskesmas jika ada kasus terjadi di lingkungan tinggal.
Dikatakannya, Leptospirosis rentan menular melalui genangan air, banjir, daerah dengan populasi tikus tinggi, kebun dan pertanian.
“Leptospirosis ini terjadi jika orang kontak dengan cairan, atau kotoran dari hewan pembawa bakteri Leptospira salah satunya tikus. Kalau terkena mukosa atau luka bisa tertular."
"Gejalanya itu demam, mata merah, ikterik (warna kuning pada kulit). Jika terlambat penanganan bisa terjadi gagal ginjal, dan menyebabkan kematian,” tutur Irma.
Untuk pencegahannya, Irma menyebut dengan menjaga kebersihan lingkungan dan pengelolaan faktor risiko leptospirosis.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.