SEMARANG, KOMPAS.TV - Di masa pandemi Covid-19 tradisi dugderan menyambut bulan suci ramadhan di Kota Semarang digelar sederhana, terbatas dan menerapkan protokol kesehatan. Tradisi dugderan ditandai dengan pemukulan bedug yang dilakukan oleh Wali Kota Semarang.
Berbeda dari tahun sebelumnya, tradisi dugderan sebagai pertanda datangnya bulan suci ramadhan di Kota Semarang tahun ini digelar tanpa melibatkan masyarakat umum, untuk mencegah penularan Covid-19. Bunyi meriam yang biasanya menjadi ciri khas prosesi dugderan pada tahun ini juga tak terdengar.
Prosesi dugderan yang digelar di halaman Balaikota Semarang, hanya ditandai dengan pemukulan bedug oleh Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, serta pertunjukan tari warag ngendog.
Setelah itu prosesi dugderan berpindah ke Masjid Agung Kauman Semarang dengan membawa sejumlah hantaran berupa replika masjid agung kauman serta makanan khas Kota Semarang seperti roti ganjel rel. Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi yang bertemu dan didampingi oleh tokoh ulama Masjid Agung Kauman, membacakan pengumuman ketentuan dimulainya bulan puasa untuk diumumkan kepada masyarakat. Dan prosesi diakhiri dengan pemukulan bedug sebagai tanda dimulainya puasa ramadhan.
Dalam kesempatan tersebut Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menyampaikan pada masyarakat, " mudah - mudahan selama bulan ramadhan masyarakat bisa menjalankan ibadah dengan baik "
Pada ramadhan sebelumnya, tradisi dugderan digelar dengan karnaval dan pasar rakyat. Sementara itu kata dug dan der menggambarkan sejarah munculnya dug-deran dengan memukul bedug dan membunyikan meriam serta petasan sejak era Bupati Kiai Raden Mas Tumenggung.
#Dugderan #MasjidAgungKauman #Covid19
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.