MINAHASA UTARA, KOMPAS.TV - Sepasang suami istri di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, mengolah sabut kelapa menjadi pot bunga, dan aneka suvenir cantik.
Sabut kelapa yang oleh sebagian orang dianggap sebagai limbah tersebut, kini menjadi sumber rezeki utama, untuk menghidupi keluarga.
Sederhana saja cita-cita Ambrosius Montolalu dan Diah Sri Utami, ketika memulai usaha kerajinan suvenir dan peralatan rumah tangga, pada 2017 lalu.
Pasangan suami istri Warga Desa Pinenek, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara ini, hanya ingin memperkenalkan sabut kelapa sebagai bahan kerajinan, yang bernilai ekonomi.
Memanfaatkan sabut dan tempurung kelapa yang kerap dianggap sebagai limbah, pasutri ini menghasilkan hiasan dinding dan meja, serta sapu dan keset.
Wisatawan yang datang ke Minahasa Utara adalah pangsa pasar utama kerajinan ini.
Namun sektor pariwisata yang terpukul pandemi covid-19, membuat usaha mereka ikut terpuruk.
Keduanya pun memutar otak. Tren menanam bunga di rumah, karena anjuran tetap di rumah, memberi pasutri ini ide membuat pot bunga dari sabut kelapa.
Dijual dari harga 20 ribu hingga 30 ribu rupiah, pot bunga dari sabut kelapa menjadi produk paling diburu, di masa pandemi covid-19.
Selain membuat pot bunga, Ambrosius dan istrinya tetap memproduksi suvenir dari sabut kelapa, meski dalam jumlah terbatas atau berdasarkan pesanan.
Pandemi covid-19 berdampak pada UMKM milik Ambrosius dan istrinya.
Namun pasutri ini menolak kalah dengan memilih menyesuaikan diri dengan jeli melihat tren, agar bisa bertahan di masa krisis.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.