Saking pentingnya foto tersebut, Kartono bahkan sampai mencoba untuk menggunakan tipeks untuk menciptakan ilusi air mata.
Baca Juga: Susi Susanti Bawa Obor Asian Games 2018 ke Bromo
Kartono memang sangat menekankan betapa pentingnya air mata tersebut.
Akan tetapi, kengototan Kartono tersebut tidak begitu berdampak. Karena ketika penentuan foto headline Harian Kompas, pewarta foto tidak diikutsertakan.
Hal ini bertujuan untuk menghindari subjektifitas yang dibawa oleh si fotografer ke dalam fotonya.
Arbain Rambey selaku fotografer senior Harian Kompas menjelaskan bahwa ketika dalam diskusi penentuan foto headline, ia menerangkan bahwa foto Susi yang menangis malah menunjukkan kesedihan dan bukan kegembiraan akan emas pertama Indonesia.
"Pemikirannya adalah Susi dapat emas, kita gembira," kata Arbain.
“Kalau dipasang foto Susi yang menangis, itu gak kena pas orang liat. Yang merasakan foto Susi menangis itu bagus kan hanya fotografernya karena dia merasakan suasananya,” jelas Arbain.
Baca Juga: Penampilan Gregoria Mariska Dipuji Susi Susanti
Pada akhirnya Indrawan Sasongko selaku redaktur malam Harian Kompas saat itu memutuskan untuk tidak menaikkan foto Susi menangis.
Ia kemudian lebih memilih foto Susi Susanti yang membawa kembang serta menunjukkan kemegahan emas pertama indonesia.
"Sementara bagi orang yang tidak di tempat, lebih berbicara foto Susi yang membawa kembang. Karena momennya adalah kita mendapat emas pertama Olimpiade, kita gembira dan kita bangga," tambah Arbain.
"Jadi foto Susi membawa kembang dengan tertawa itu lebih kuat secara jurnalistik untuk menghiasi halaman pertama Harian Kompas waktu itu."
Hal yang sangat menarik dari foto adalah ia sangat kontekstual. Dampak dari suatu foto akan selalu berbeda dari waktu ke waktu.
Sekarang, mungkin foto Susi yang membawa kembang tidak memiliki dampak sebesar dulu.
Foto Susi Susanti menangis yang dulu ditolak untuk menjadi headline kini bisa dibilang lebih ikonik dibandingkan foto yang membawa kembang.
Buktinya, teaser untuk film biopik Susi Susanti yang tayang dua tahun lalu memilih untuk menampilkan momen ketika Susi menangis.
Jika mengingat peristiwa-peristiwa yang menimpa Susi Susanti setelah ia mendapatkan emas pertama untuk Indonesia di Olimpiade, rasanya semakin memperkaya makna air mata Susi kala itu.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini 4 Agustus, Medali Emas Susi Susanti di antara Tangis dan Diskriminasi Orba
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.