Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 238
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 238
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
JAKARTA, KOMPAS.TV - Data pangan bertahun-tahun selalu jadi biang keributan antar lembaga. Ribut-ribut data pangan pun diharapkan bisa berakhir tahun ini.
Dua kementerian yang selalu bertengkar, perdagangan dan pertanian, akhirnya menurunkan ego untuk menyinkronkan data pangan.
Menurut rencana, sinkronisasi akan dilakukan dengan menyatukan acuan data. Data ini akan dipakai untuk menentukan impor pangan agar tak ada lagi kelebihan pasokan pangan.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai lembaga acuan data saat ini baru bisa memegang data padi dan jagung.
Sementara untuk data pangan lain, BPS hanya bisa memberi pembinaan pada kementerian terkait.
2017 lalu pemerintah sempat dikritik karena memutuskan impor beras dari Thailand dan Vietnam sebanyak 1 juta ton, padahal kementerian pertanian menyebut pasokan aman. Akibatnya di 2018 Bulog kelebihan stok.
Kisruh lainnya di stok jagung. Saat tahun 2017 impor jagung disetop, karena data menyebut stok aman.
Ternyata stok lokal tak bisa memenuhi kebutuhan peternak ayam, akibatnya harga pakan naik dan membuat harga ayam melonjak.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.