JAKARTA, KOMPAS.TV - Pihak Kantor Staf Presiden (KSP) menyebut bahwa Istana membahas serius reaksi keresahan sejumlah guru besar dari berbagai universitas kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Demikian Pelaksana Tugas Deputi V Kantor Staf Presiden Rumadi Ahmad mengungkapkan dalam Dialog Satu Meja the Forum, Rabu malam (7/2/2024).
“Kami di Kantor Staf Presiden memberikan atensi yang serius, sebenarnya ini, gejolak apa yang terjadi kemudian para guru besar yang biasanya hidup di kampus, mengajar, tiba-tiba keluar turun gunung menyatakan pendapat, ini kan pasti ada sesuatu yang harus kita lihat,” kata Rumadi Ahmad.
“Kami mendiskusikan ini sangat serius dan kami mendapatkan arahan dari kepala staf supaya proses ini diikuti meskipun nanti di ujungnya adalah presiden,” ungkapnya.
Baca Juga: Guru Besar UGM: Jokowi Mencla-mencle, Sebagai Seorang Kepala Negara Itu Sabdo Pandito Ratu
Rumadi lebih lanjut menyampaikan, Kantor Staf Presiden juga memberikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada para guru besar dari beberapa macam kampus yang bersuara tentang keresahan yang dialami.
Bagi pihak Istana, lanjut Rumadi, apa yang disampaikan para guru besar merupakan hal sehat dalam berdemokrasi.
“Saya kira ini suatu hal yang sehat dalam situasi demokrasi, kalau kita menyatakan keprihatinan terhadap demokrasi sebenarnya ruang yang diberikan oleh negara ini terhadap kebebasan berpendapat para guru besar dengan menyatakan apa yang menjadi keresahannya itu justru menunjukkan bahwa demokrasi kita hidup,” ujar Rumadi.
“Tidak ada pembungkaman terhadap suara para guru besar. Jadi kami ingin memastikan bahwa proses yang terjadi sekarang ini adalah bagian dari demokrasi yang harus kita hargai. Kami terima kasih karena memang suara moral kemudian kontrol publik saya kira merupakan sesuatu yang harus ada dalam negara demokrasi,” tuturnya.
Terlepas dari itu, Rumadi menilai Presiden Jokowi sebenarnya mendengar reaksi keresahan sejumlah guru besar dari berbagai universitas.
Maka itu Presiden Jokowi menekankan lagi, meski Undang-undang memperbolehkannya kampanye tapi dirinya tidak akan mengambil kesempatan itu.
Baca Juga: Guru Besar UGM Koentjoro: Kesalahan Fatal Kita Menempatkan Jokowi Terlalu Tinggi
“Presiden juga sudah menyatakan kami tidak akan kampanye, saya tidak akan kampanye, kata presiden, itu artinya bahwa Presiden mendengar keresahan-keresahan, sehingga kecurigaan-kecurigaan bahwa menggunakan kesempatan jabatan kemudian melakukan kampanye hari ini presiden menyatakan bahwa saya tidak akan kampanye meskipun undang-undang memperbolehkan kampanye,” tegasnya.
“Itu artinya apa yang dirasakan oleh para guru besar yakni didengar direspons, meskipun tidak ada cara langsung tapi sebenarnya apa yang disampaikan oleh presiden adalah bentuk perhatian presiden terhadap pemikiran, kemudian keresahan yang disampaikan oleh para guru besar dari berbagai macam kampus itu,” katanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.