JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad menyebut wacana duet bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo dengan Anies Baswedan yang dimunculkan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai langkah taktis partai berlambang kepala banteng itu.
Nyarwi menilai, ungkapan atau wacana duet Ganjar-Anies itu sebagai langkah taktis yang menguji soliditas koalisi yang mengusung Anies, yakni Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
"Sebagai godaan lah ya, menguji soliditas blok Koalisi Perubahan, sejauh mana mereka bener-benar solid," jelas dosen Komunikasi Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM itu.
"Kalau mereka misalnya goyang ya artinya mereka kurang solid. Kalau mereka konsisten ya berarti mereka solid, kira-kira gitu," imbuhnya.
Baca Juga: Pengamat Politik UGM Sebut 4 Dampak Duet Ganjar-Anies: KPP Bisa Bubar hingga Guncang Koalisi Prabowo
Saat ditanya terkait etika politik PDI-P yang mencatut nama bacawapres koalisi tandingannya untuk dipasangkan dengan Ganjar, Nyarwi menjelaskan bahwa PDI-P ingin menunjukkan diri sebagai partai yang inklusif terhadap partai politik (parpol) lain.
Ia menilai, PDI-P ingin menunjukkan partai yang tidak eksklusif tapi inklusif dengan menggandeng parpol-parpol lain dengan dua cara.
Pertama, mendekati parpol tersebut. Kedua, menggandeng bacapres yang diusung parpol tersebut sebagai kandidat bacawapres.
Namun, Direktur eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) itu menilai wacana duet Ganjar-Anies sangat sulit dilakukan, meski bukan tak mungkin terjadi.
Pasalnya, Nyarwi merujuk pada Anies sudah diusung oleh partai-partai dalam KPP, yaitu PKS, Nasdem, dan Demokrat. Sedangkan Ganjar sudah diusung PDI-P, PPP, dan Perindo.
Selain itu, para ketua umum parpol pendukung Anies, menurut Nyarwi, sudah cukup solid.
"Positioning Anies di sana (KPP) juga sebagai sosok capres bukan cawapres, itu sangat, kalau sekarang sangat sulit, tidak memungkinkan, kemungkinannya kecil," terang pengamat politik UGM ini.
Baca Juga: Soal Duet Ganjar-Anies, Pengamat Politik UGM: Kompatibel tapi Tidak Memungkinkan
Soal soliditas ini pernah ditegaskan Anies Baswedan, yang mengatakan bahwa KPP tetap solid dan terbuka terhadap parpol lain yang hendak bergabung.
“Kami koalisi bertiga ini, tiga partai, solid, akan terus, dan dalam koalisi ini salah satu tugas adalah menerima siapa saja yang berminat menjadi bagian dari koalisi,” ujarnya, di Bekasi, Rabu (23/8/2023), dikutip dari laporan jurnalis Kompas TV Alexander Blegur.
“Percakapan itu bukan antara pribadi satu orang, misalnya dari koalisi kami dengan partai lain, tapi dibahas bersama-sama," imbuh bacapres KPP ini.
Di sisi lain, Ganjar menilai wacana menduetkan dirinya dengan Anies Baswedan sah-sah saja.
"Siapa yang mewacanakan? Wacana itu kan ide yang dilempar. Kalau ide kan bebas, namanya demokrasi," kata Ganjar Pranowo, di Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis (24/8/2023).
Ia kemudian mengatakan bahwa berdialog harus dilakukan dengan siapa pun untuk menciptakan suasana dingin menjelang Pilpres 2024.
"Sah, enggak apa-apa. Dan kita mesti berdialog dengan siapa saja biar adem. Biar dingin semuanya," ujarnya, dikutip Kompas.com.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) PDI-P Said Abdullah menyampaikan keinginan menduetkan Ganjar Pranowo, dengan Anies Baswedan pada Pilpres 2024 mendatang.
Menurut Said, ada sejumlah faktor yang dimiliki oleh Anies dan membuatnya layak untuk dipasangkan dengan Ganjar. Meski putusan akhir ada di tangan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Sumber : Kompas TV, Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.