JAKARTA, KOMPAS.TV - Sabtu pagi (22/3/2023), gema takbir masih terdengar di Dusun Krajan, Desa Kalimanggis, Kabupaten Temanggung, ketika warga memadati Masjid Almuhajirin. Saat itu mereka berbondong-bondong hendak menunaikan salat Idulfitri.
Setelah salat Id dan diakhiri dengan khutbah selama kurang lebih 40 menit, warga pun bergegas meninggalkan masjid. Namun, di luar masjid, sudah menunggu Bhante Thitasaddho bersama umat Buddha lainnya, bersiap mengucapkan selamat Hari Raya Idulfitri kepada jemaah.
Tanpa menunggu komando, mereka pun saling salaman, berpelukan dan meminta maaf.
“Selamat merayakan Idulfitri, Bapak dan Ibu, mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua senantiasa bahagia bersama keluarga,” ucap Bhante, sang rohaniwan Buddha. Senyum ceria terlihat dari warga di pagi itu.
Baca Juga: Potret Toleransi Beragama, Pecalang Hingga Organisasi Kristen Amankan Salat Id
Mayoritas penduduk Dusun Krajan, Desa Kalimanggis Luwih, Temanggung memang beragama Buddha. Prosentasenya mencapai 97 persen. Sementara umat Islam di dusun ini hanya sekitar 2,5 persen. Sisanya beragama Kristen dan Katolik.
“Pelaksanaan salat Idulfitri tahun ini kita tetap sesuai anjuran dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama,” sebut Ariyanto, salah satu jemaah Masjid Almuhajirin dikutip dari situs Kementerian Agama, Senin (24/4/2023).
Sekretaris Desa Kalimanggis, Luwih, saat mendampingi Bhante Thitasaddho Masjid Almuhajirin menjelaskan, umat Buddha di daerahnya sudah biasa mengucapkan selamat kepada saudara muslim yang merayakan Idulfitri.
“Di Dusun Krajan Desa Kalimanggis ini 97 persen beragama Budddha, 2,5 persen beragama Islam, dan lainnya beragama Kristen dan Katolik,” sebutnya.
Bahkan di Dusun Krajan, lanjut Luwih, walaupun sebagian besar beragama Buddha, tetapi warga juga ikut menyiapkan makanan komplit di meja ruang tamu dan bahkan menyediakan ketupat atau makan komplit dengan lauk-pauk lengkap.
“Di sini, warga tetap menyiapkan makanan dan menerima tamu dari saudara atau kerabat yang beragama muslim dan saling memaafkan. Dari non-muslim juga berkunjung untuk memeriahkan momen Idulfitri untuk bersilaturahmi, sambil sungkem kepada kerabat yang lebih tua (sepuh),” terangnya.
Baca Juga: Menteri Agama dan PP Muhammadiyah Minta Masyarakat Saling Toleransi Soal Beda Hari Lebaran 2023
Luwih menambahkan, silaturahmi atau anjangsana Idulfitri seperti ini sudah ada sejak dulu dan memang terus dilestarikan demi menjaga kebersamaan antarkeluarga walaupun beda agama.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.