JAKARTA, KOMPAS.TV - Wacana memasangkan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) RI 2024 muncul saat elektabilitas Anies Baswedan melejit.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi berpendapat, wacana menduetkan atau menggabungkan Prabowo dan Ganjar masih terlalu dini.
Ide atau wacana untuk memasangkan keduanya di Pilpres 2024 menurut Burhanuddin pertama kali muncul pada November 2022, saat hasil survei sejumlah lembaga menunjukkan bahwa elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan melejit.
“Kalau menurut saya, terlalu dini untuk digabungkan (Prabowo-Ganjar),” tuturnya dalam Satu Meja The Forum, Kompas TV, Rabu (22/3/2023).
“Nah, ide munculnya menggabungkan antara Ganjar dan Pak Prabowo atau sebaliknya, Pak Prabowo dan Ganjar, itu munculnya Bulan November 2022, ketika surveinya Anies Baswedan itu melejit nomor dua dan mengancam Ganjar Pranowo di peringkat pertama.”
Baca Juga: Deputi Pemenangan Demokrat Mempersoalkan Pernyataan Kepala BIN Ihwal Aura Prabowo dan Jokowi
Namun, lanjut dia, belakangan ini hasil survei sejumlah lembaga, termasuk Indikator Politik Indonesia dan Litbang Kompas, menunjukkan bahwa elektabilitas Anies mengalami penurunan tajam.
Bahkan, kata dia, beberapa ahli menyebut elektabilitasnya kempes.
“Menunjukkan Anies Baswedan mengalami penurunan yang cukup tajam, bahkan beberapa ahli menyebutnya kempes.”
“Saat yang sama, Pak Prabowo naik, dan naiknya Pak Prabowo salah satunya adalah mulai mengalirnya pendukung Pak Jokowi ke Pak Prabowo Subianto,” ucapnya.
Jika hasil survei tetap menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo menguat dan Ganjar Pranowo juga masih stabil di peringkat pertama atau kedua, agenda menduetkan keduanya bakal jadi opsi terakhir.
“Ketika misalnya Anies Baswedan dianggap mengancam.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.