"Kritik saja sebagai warga Jabar, di mana RK sedang berhadapan dunia pendidikan SMP Tasik, tapi pakai jas warna kuning. Mempertanyakan, sih, lebih tepatnya sebagai gubenur, kader partai, atau pribadi," tuturnya.
Meski demikian, Sabil meminta maaf kepada Gubernur Jawa Barat dan kader Partai Golkar tersebut jika komentarnya dirasa menyinggung.
"Ya, minta maaf jika menyingung Kang Emil dan semoga dapodik (data pokok pendidikan) saya tidak dicabut," jelasnya.
Baca Juga: Menuju Indonesia Emas 2045, Ridwan Kamil: Jangan Ada Pertengkaran di Antara Kita
Ridwan Kamil mengonfirmasi dirinya tidak tahu-menahu jika guru pelontar kritik tersebut dipecat dari sekolah terkait. Ia mengklaim hal itu di luar wewenangnya.
"Saya tidak melakukan apa-apa. Mungkin ada yang melaporkan atau gimana. Pada dasarnya kritik boleh-boleh aja. Saya kan selalu menjawab, kalau mengkritik boleh, kalau tidak sopan, ya, harus sopan, gitu aja. Bahwa sekolahnya melakukan sebuah tindakan, kan di luar kewenangan saya," ujar Emil dikutip dari Kompas.com.
Terkait komentar yang di-pin di unggahannya, Emil menyebut hal itu sebagai cara untuk mengedukasi agar berkomentar sesuai fakta dan dilakukan dengan sopan santun.
"Oh, gini, Kang, kalau saya nge-pin, itu saya sedang mengedukasi kepada orang-orang yang kadang komennya enggak pakai fakta. Saya klarifikasi, sebenarnya itu," kata Emil.
"Jadi, pertanyaan saya tanya ke akang, kita mengizinkan nggak orang berbicara kasar? Kan nggak. Nanti ditiru, makanya diedukasi," tambahnya.
Ridwan Kamil juga mempermasalahkan kata "maneh" yang dituliskan Sabil. Ia menjelaskan soal Undak Usuk bahasa Sunda dengan menganalogikan anak kepada orangtuanya yang menggunakan kata "maneh".
"Kalau orang berbahasa Sunda, itu ada namanya undak usuk. Anda bayangkan, Anda bicara begitu (kata Maneh) ke ibu kandung, sopan nggak?" tanya Emil.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.