MALANG, KOMPAS.TV - Arif Yulianto tak menyangka harus mengubur putra tercintanya, Reyvano Dwi Afriyansyah (17 tahun), di Desa Ngebruk, Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jumat (21/10/2022). Reyvano adalah korban meninggal ke-134 dalam Tragedi Kanjuruhan.
Remaja itu mengembuskan napas terakhir usai berjuang dalam kondisi koma di ICU RSSA Kota Malang, Jumat pagi. Ia sempat dirawat intensif selama 18 hari di ICU karena mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya.
Selama dirawat, Reyvano memakai alat bantu pernapasan atau ventilator.
Arif, sang ayah, pun bercerita bagaimana ia masih mengingat jelas obrolan terakhir dengan putranya yang masih berstatus sebagai siswa kelas XII di SMKN 4 Kota Malang itu.
Termasuk gambaran saat ia menemukan anaknya tergeletak dan dalam kondisi kritis pada malam Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 lalu.
Waktu itu, anaknya masih hidup. Namun 20 hari kemudian, Arif harus melihat Reyvano berpulang dan menguburkannya.
Arif pun mengaku awalnya tidak mengetahui jika anaknya tersebut hendak menonton laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022.
"Percakapan terakhir dengan anak saya ketika hari Sabtu itu, mau saya bawa ke bengkel, motornya harus diservis," ungkap Arif.
Baca Juga: Reyvano Korban Wafat ke-134 Tragedi Kanjuruhan, Alami Luka di Kepala dan 18 Hari Pakai Ventilator
Pada hari pertandingan, Arif mengaku gelisah dan hatinya berdebar. Pasalnya, Reyvano tak kunjung mengabarinya saat pertandingan telah usai.
Awalnya, ia mencoba berpikir positif. Namun kegelisahan terus merongrongnya.
"Dari awal pertandingan kok gak pulang-pulang," tuturnya.
"Saya pikir anak lanangku laki-laki mungkin sedang rame mungkin macet atau bagaimana."
Arif pun makin bingung lantaran sampai pukul 24.00 WIB putranya tidak pulang juga. Ia sempat berpikir, mungkin karena macet. Apalagi biasanya Kota Malang usai ada laga Arema FC, pasti macet.
"Tapi ditunggu sampai jam 11-12 malam kok ga pulang, di situ saya mulai gelisah," ujarnya.
Arif pun kemudian menghubungi perangkat desa, lalu berinisiatif mendatangi Stadion Kanjuruhan untuk mencari anaknya.
Sesampainya di Stadion Kanjuruhan, Arif pun kaget melihat banyaknya korban di lokasi. Ia pun pergi ke RS Hasta Husada Kepanjen. Di situlah Arif menemukan anaknya yang sedang kritis.
"Hingga akhirnya dibawa ke RSSA Kota Malang selama 21 hari," ucapnya.
Baca Juga: Kisah Reyvano, Korban Wafat ke-134 Tragedi Kanjuruhan, 18 Hari di ICU Napas Tak Stabil
Selama anaknya dirawat di rumah sakit, perasaan Arif selalu diselimuti kegelisahan.
Ia terus menanti kabar baik dari anaknya yang sedang koma.
"Saya terus-terusan kaget karena selalu menanti kabar anak saya," ungkapnya.
"Syok sekali saat itu dan sampai saat ini," ucapnya sembari menundukkan kepala.
Arif sempat semringah pada hari ke-10 saat mendengar kabar kondisi Reyvano membaik. Namun, takdir berkata lain.
Di hari ke-20 perawatan, Reyvano meninggal dunia. Ia mengalami sejumlah luka termasuk patah tulang di bagian lengan kanan.
"Anak saya ada bengkak di bagian kepala, ada pendarahan begitu," kata Arif.
Kini, setelah 20 hari berlalu, Arif hanya bisa mendoakan dan mengikhlaskan sebab tak bisa lagi melihat senyum Reyvano.
"Saya ikhlas, namun mohon usut tuntas seadil-adilnya," ungkap Arif.
Sumber : Kompas TV/surya malang
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.