Arif pun makin bingung lantaran sampai pukul 24.00 WIB putranya tidak pulang juga. Ia sempat berpikir, mungkin karena macet. Apalagi biasanya Kota Malang usai ada laga Arema FC, pasti macet.
"Tapi ditunggu sampai jam 11-12 malam kok ga pulang, di situ saya mulai gelisah," ujarnya.
Arif pun kemudian menghubungi perangkat desa, lalu berinisiatif mendatangi Stadion Kanjuruhan untuk mencari anaknya.
Sesampainya di Stadion Kanjuruhan, Arif pun kaget melihat banyaknya korban di lokasi. Ia pun pergi ke RS Hasta Husada Kepanjen. Di situlah Arif menemukan anaknya yang sedang kritis.
"Hingga akhirnya dibawa ke RSSA Kota Malang selama 21 hari," ucapnya.
Baca Juga: Kisah Reyvano, Korban Wafat ke-134 Tragedi Kanjuruhan, 18 Hari di ICU Napas Tak Stabil
Selama anaknya dirawat di rumah sakit, perasaan Arif selalu diselimuti kegelisahan.
Ia terus menanti kabar baik dari anaknya yang sedang koma.
"Saya terus-terusan kaget karena selalu menanti kabar anak saya," ungkapnya.
"Syok sekali saat itu dan sampai saat ini," ucapnya sembari menundukkan kepala.
Arif sempat semringah pada hari ke-10 saat mendengar kabar kondisi Reyvano membaik. Namun, takdir berkata lain.
Di hari ke-20 perawatan, Reyvano meninggal dunia. Ia mengalami sejumlah luka termasuk patah tulang di bagian lengan kanan.
"Anak saya ada bengkak di bagian kepala, ada pendarahan begitu," kata Arif.
Kini, setelah 20 hari berlalu, Arif hanya bisa mendoakan dan mengikhlaskan sebab tak bisa lagi melihat senyum Reyvano.
"Saya ikhlas, namun mohon usut tuntas seadil-adilnya," ungkap Arif.
Sumber : Kompas TV/surya malang
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.