JAKARTA, KOMPAS.TV - Setelah wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan sepak bola Liga 1 2022-2023 yang mempertemukan Arema FC versus Persebaya Surabaya pada Sabtu 1 Oktober 2022, terjadi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Banyak saksi mata mengatakan, kerusuhan terjadi setelah sejumlah penonton memasuki area lapangan dan polisi menembakkan gas air mata di dalam stadion, bahkan ke arah tribun penonton.
Akibatnya, penonton yang panik dan ketakutan berusaha menghindari asap yang membuat pedih mata, tenggorokan, dan wajah itu. Banyak penonton berdesakan menuju pintu keluar stadion yang terbatas.
Peristiwa memilukan pun tak terhindarkan. Banyak nyawa melayang karena sesak napas, terinjak, hingga terhimpit kerumunan. Peristiwa yang menewaskan setidaknya 131 orang ini kemudian disebut sebagai Tragedi Kanjuruhan.
Untuk mendapatkan jawaban tentang alasan polisi menggunakan gas air mata dan jenis gas air mata yang ditembakkan di dalam dan luar Stadion Kanjuruhan itu, KOMPAS TV berkesempatan untuk mewawancarai Kepala Divisi (Kadiv) Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo.
Berikut ini cuplikan wawancara jurnalis KOMPAS TV Cindy Sistyarani dengan Kadiv Humas Polri di Sapa Indonesia Malam, Senin (10/10/2022).
Apa saja jenis gas air mata yang digunakan polisi di Stadion Kanjuruhan?
Dari tempat kejadian perkara (TKP) memang ditemukan ada beberapa, yang perlu saya sampaikan ada tiga. Yang pertama ini yang skalanya, yang smoke (hijau) ini skalanya paling rendah ya, artinya ini hanya menimbulkan suara ledakan sama asap putih.
Kemudian yang kedua adalah skala sedang (biru) ini untuk mengurai massa secara klaster dalam jumlah yang sedang lah, yang kecil ini bisa diurai dengan menggunakan gas air mata yang klaster ini.
Kemudian yang skala besar, yang paling keras adalah yang CS Powder (merah) ini untuk mengurai atau membubarkan massa dalam jumlah yang cukup besar.
Jadi yang mana yang ditembakkan di Stadion Kanjuruhan?
Tiga-tiganya digunakan dan ini tentunya masih dalam proses pendalaman semuanya. Karena tiga-tiganya ini kan digunakan, baik di dalam maupun di luar stadion. Di mana di luar stadion juga ada kejadian massa yang sudah mengarah pada tindakan anarkis.
Baca Juga: Polri Akui Gunakan 3 Jenis Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan, dari Skala Rendah hingga Paling Keras
Ada dugaan penggunaan gas air mata kedaluwarsa pada saat tragedi, apakah betul?
Ya, betul. Jadi saya juga menanyakan juga pada pakarnya. Kepada Doktor Masayu, “Bu, ketika gas air mata ini sudah kedaluwarsa, apakah efeknya bisa berbahaya bagi manusia?”
Saya kutip pernyataan dari Doktor Masayu, gas air mata ini berbeda dengan makanan, kalau makanan kedaluwarsa kan akan tumbuh bakteri jamur, bisa mengakibatkan, kalau dimakan dikonsumsi, mengganggu kesehatan yang memakan atau meminum. Kalau gas air mata ini, ketika dia kedaluwarsa, kalau nggak salah 2019 atau 2021 yang digunakan itu, itu justru kadar atau fungsi kimianya dia turun. Demikian juga dengan gas air mata ini, ketika ditembakkan juga, ini dia tidak akan efektif juga.
Kalau misalnya ini harusnya dia meledak, kan dia bentuknya powder (bubuk, red), menjadi partikel-partikel yang lebih kecil lagi, yang dihirup bisa mengakibatkan iritasi pada mata dan pernapasan dan juga kulit.
Baca Juga: Profesor Kimia Sebut Gas Air Mata Kedaluwarsa Lebih Berbahaya, Komponennya Bisa Jadi Gas Sianida
Gas air mata tidak mematikan, tapi pemicu utama kepanikan, apalagi FIFA juga melarang penggunaan gas air mata, kenapa masih digunakan?
Ketika saya membaca regulasi keselamatan dan keamanan di sini (buku regulasi keselamatan dan keamanan penyelenggaraan pertandingan sepak bola -red), di sini sangat jelas dan sangat detail semua diatur di sini, oleh karenanya kepada Kabag Ops (Kepala Bagian Operasi Polres Malang Kompol Wahyu Setyo), kemudian kepada safety and security officer itu dikenakan Pasal 359 dan atau Pasal 360 KUHP.
Kenapa demikian? Seharusnya dia yang mengetahui tentang regulasi keselamatan dan keamanan ini, ketika pasukan melaksanakan apel kemudian persiapan untuk masuk setting pengamanan, harusnya dijelaskan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.