MALANG, KOMPAS.TV - Komnas HAM mengungkapkan hasil penyelidikan awal terkait kasus tewasnya ratusan suporter Aremania selepas laga antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Komisioner Komnas HAM Muhammad Choirul Anam menjelaskan pihaknya langsung menerjunkan tim untuk melakukan investigasi terkait Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam itu.
Baca Juga: Berikut Daftar 10 Anggota Polri yang Dicopot dari Jabatannya Buntut Kerusuhan Tragedi Kanjuruhan
Tim yang diterjunkan itu, kata Anam, telah mengumpulkan sejumlah keterangan dari berbagai pihak yang mengetahui kondisi tersebut.
Itu mulai dari suporter Arema, keluarga korban, pihak rumah sakit yang menangani korban Tragedi Kanjuruhan, hingga pemain dari klub yang berlaga.
Dalam penyelidikan awal tersebut, kata Anam, Komnas HAM menemukan fakta, ternyata hanya ada dua pintu keluar yang terbuka ketika kerusuhan terjadi usai laga Arema melawan Persebaya.
Padahal, kata dia, Stadion Kanjuruhan yang berkapasitas 42 ribu penonton itu memiliki 14 pintu keluar. Namun, 12 pintu sisanya saat kejadian dalam kondisi terkunci.
Baca Juga: Kasus Tragedi Kanjuruhan Naik ke Tahap Penyidikan, Ini Kata Polri soal akan Ada Tersangkanya
"Kami anatomi dari Stadion Kanjuruhan. Nanti seperti apa. Cuma dua pintu terbuka, hiruk pikuknya di pintu yang sama," kata Anam di Malang, Jawa Timur, Senin (2/10/2022), seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Namun, Anam mengaku belum dapat memastikan apakah sebagian besar korban meninggal dunia berada di dekat lontaran gas air mata atau di lokasi lain. Pihaknya masih mendalami hal itu.
Lebih lanjut, Anam menyebut, ada indikasi terjadinya pelanggaran HAM dalam insiden kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang mengakibatkan ratusan korban jiwa melayang.
"Beberapa informasi yang kami dapatkan, kekerasan memang terjadi,” ucap Anam.
Baca Juga: YLBHI Kritik TNI-Polri Pakai Seragam Dinas Amankan Pertandingan di Kanjuruhan: Bikin Suporter Emosi
Adapun kekerasan yang tampak di sana adalah tendangan yang dilakukan oleh anggota TNI yang melakukan pengamanan terhadap suporter.
Bahkan ketika suporter Arema sedang berjalan kaki di pinggir lapangan dan tidak berada dalam posisi melawan petugas, kekerasan masih dilakukan oleh aparat keamanan.
Anam mengatakan insiden kekerasan oleh aparat yang terjadi pada saat kerusuhan tersebut bukan hanya dapat dilihat oleh Komnas HAM.
Namun masyarakat juga dapat menyaksikan lewat sejumlah video yang beredar luas di media sosial. Tak hanya itu, suporter yang berada di lapangan juga ikut menyaksikan hal itu.
Baca Juga: Ternyata Tiket Arema Vs Persebaya Dijual hingga 45.000 Lembar, Padahal Polisi Hanya Bolehkan 25.000
"Ditendang, kena kungfu di lapangan. Nah, itu tidak hanya Komnas HAM yang melihat tapi semua juga bisa lihat,” ujar Anam.
Di sisi lain, Anam meyakini seandainya pihak kepolisian tidak menggunakan gas air mata dalam menangani massa, mungkin korban jiwa bisa dihindari.
Karena itu, dia akan mendalami lebih lanjut terkait jenis luka para korban dalam insiden di Kanjuruhan.
"Kami akan cek penggunaan level manajemen, pengerasan pasukan seperti apa, sampai misalnya itu tidak diselenggarakan sore hari," kata Anam.
Sebelumnya, pemerintah melalui Menko PMK Muhadjir Effendy menyampaikan hingga Minggu (2/10/2022) total korban tragedi Kanjuruhan berjumlah 448 orang, di mana 125 di antaranya tewas.
Baca Juga: Organisasi HAM: Tragedi di Stadion Kanjuruhan Tak Cukup Hanya Diselidiki oleh PSSI dan Polri
Sumber : Tribunnews.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.