JAKARTA, KOMPAS.TV - Polri sudah selesai melakukan pemeriksaan terhadap tersangka Irjen Ferdy Sambo dengan alat lie detector atau tes kebohongan (polygraph) untuk kasus pembunuhan berencana Brigadir Pol Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Namun, Polri tidak mengungkap apa hasil pemeriksaan terhadap Irjen Ferdy Sambo dengan alat tersebut.
“Hasil uji lie detector/polygraph pro justicia (penegakan hukum -red) untuk penyidik,” jawab Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol. Dedi Prasetyo sebagaimana dikutip Antara, Jumat (9/9/2022).
Dalam keterangannya, Dedi hanya memberikan informasi bahwa bekas Kadiv Propam Polri tersebut menyelesaikan pemeriksaan pada pukul 19.00 WIB Kamis (8/9/2022).
Sementara untuk hasil, dirinya kembali menekankan bahwa itu merupakan domain dari penyidik dan tim laboratorium dan forensik.
Baca Juga: Diduga Langgar Etik, Mantan Wadirkrimum Polda Metro Jaya AKBP Jerry Raymond Jalani Sidang KKEP
“Informasi dari Laboratorium Forensik pemeriksaan (Ferdy Sambo) sampai pukul 19.00 WIB. Hasilnya apakah sudah selesai? Itu domainnya Laboratorium Forensik dan penyidik,” ujar Dedi.
Sebelumnya perihal pemeriksaan dengan lie detector yang diberlakukan Polri kepada 5 tersangka kasus pembunuhan Brigadir J, Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Brigjen Pol. Andi Rian Djajadi sempat menyampaikan kekhawatirannya dengan opini atau analisis liar yang berkembang di masyarakat perihal pemeriksaan dengan lie detector.
“Saya melihat justru analisis liar dari media dan pengamat yang tidak paham teknis pascapelaksanaan uji poligraf,” kata Andi.
Sebab, kata Andi, tes kebohongan yang dilakukan Polri terhadap 5 tersangka kasus pembunuhan Brigadir J menggunakan alat polygraph milik Puslabfor Polri, produksi Amerika tahun 2019 memiliki tingkat akurasi 93 persen.
Baca Juga: Banyak Napi Korupsi Bebas Bersyarat, Febri Diansyah: Selamat Datang New Normal Pemberantasan Korupsi
Nantinya, lanjut Andi, seluruh fakta yang diperoleh penyidik hingga hasil tes kebohongan terhadap 5 tersangka pembunuh Brigadir J akan diungkapkan di persidangan.
Sebelumnya kepada KOMPAS TV, mantan Kabareskrim Komjen (Purn) Ito Sumardi mengatakan lie detector atau alat deteksi kebohongan sudah tidak lagi digunakan oleh negara-negara maju.
Sebab, akurasi dari alat lie detector atau pendeteksi kebohongan tidak sepenuhnya akurat, hanya 60-70 persen.
“Di negara-negara maju lie detector ini juga tidak terlalu dijadikan satu alat yang bisa digunakan, bisa mengecek apakah orang itu menyampaikan suatu keterangan secara akurat atau tidak, secara benar atau tidak,” kata Ito Sumardi di Kompas Malam, Selasa (6/9/2022).
Baca Juga: Ahli Sebut Lie Detector Tidak Scientific: Justru Munculkan Kesan Teatrikal dalam Kasus Brigadir J
Ito pun menggambarkan bagaimana akurasi lie detector akhirnya diragukan ketika itu diterapkan kepada orang yang lelah, stres, hingga residivis.
“Dalam kondisi seseorang dalam kondisi nervous, stres, lelah atau sakit ya, itu maka, yang bersangkutan itu akan sangat mempengaruhi daripada hasilnya,” ujar Ito Sumardi.
“Demikian pula ada orang-orang yang memang sudah terbiasa, biasanya residivis ya, ya itu dia mampu menghandle pertanyaan yang menjebak sehingga hasilnya itu menampilkan pola yang tidak menunjukkan kalau orang tersebut berbohong ya.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.