Kompas TV nasional politik

Kandidat Calon Presiden Alternatif Tidak Punya Peluang Bertarung di Pilpres 2024

Kompas.tv - 31 Agustus 2022, 16:07 WIB
kandidat-calon-presiden-alternatif-tidak-punya-peluang-bertarung-di-pilpres-2024
Diskusi Media Para Syndicate. Kandidat calon presiden alternatif tidak memiliki peluang untuk bertarung di Pemilihan Presiden-Wakil Presiden (Pilpres) 2024. (Sumber: Tangkapan latar YouTube)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV – Kandidat calon presiden (capres) alternatif tidak memiliki peluang untuk bertarung di Pemilihan Presiden-Wakil Presiden (Pilpres) 2024.

Toto Suryaningtyas, Peneliti Senior Litbang KOMPAS, menjelaskan, saat ini seluruh upaya dan strategi yang dijalankan oleh partai politik dan calon presiden, akan berakhir pada tingkat elektabilitas.

Upaya yang dilakukan oleh para bakal calon adalah menjaga agar elektabilitas mereka tetap tinggi dan tidak menurun.

“Bagaimana caranya supaya calon yang sekarang elektabilitasnya memuncak ini, tiga nama ini, mereka tetap terjaga elektabilitasnya, baik Prabowo, Anies, maupun Ganjar,” jelasnya dalam Diskusi Media: "Mencari Capres Alternatif dan Membaca Arah Koalisi", Rabu (31/8/2022).

“Lalu di mana letak peluang calon presiden alternatif?”

Baca Juga: PARA Syndycate Sebut Jokowi Syndrome Bayangi Pemilu 2024: 7 Presiden RI Tak Pernah Punya Style Sama

Ia menambahkan, menurutnya, saat ini pencarian figur calon wakil presiden alternatif justru lebih realistis untuk situasi sekarang.

Sebab, kalaupun ada koalisi partai politik yang memunculkn nama kandidat calon presiden alternatif, mereka akan kesulitan melawan kandidat yangsudah ada, khususnya yang elektabilitasnya di puncak.

“Karena misalnya pun koalisi yang terbentuk nekad mengajukan nama yang baru, misalnya Pak Andika, celah elektabilitasnya tinggal 15 persen.”

“Bagaimana dia mau melawan yang 25 persen, Pak Prabowo misalnya, pasti sulit,” tegas Totok.

Menggabungkan kandidat calon wakil presiden alternatif dengan kandidat calon presiden yang sudah ada, kata dia, mungkin lebih menguntungkan.

Karena, lanjut Totok, jika melihat Pemilu 2014 dan 2019 lalu, kandidat yang memiliki tingkat elektabilitas tinggi akan menang dipasangkan dengan cawapres mana pun.

“Artinya, sekarang yang diincar oleh para pemain elit politik itu bagaimana satu cawapres tetapi juga bagaimana dia tetap menjaga  kandidat yang diorientasikan akan didukung oleh partainya ini, elektabilitasnya tetap terjaga.”

“Karena membangkitkan elektabilitas itu sesuatu yang sangat sulit,” tuturnya.

Dalam diskusi itu, Totok juga memrediksi bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menginginkan Pemilu 2024 hanya diikuti oleh dua pasangan capres-cawapres.

Hal itu, menurutnya berbeda dengan keinginan dari partai-partai oposisi yang berharap agar Pemilu 2024 diikuti oleh tiga pasangan capres-cawapres.


“Jadi bayangan saya, memang letak problem koalisi partai ini adalah masing-masing kekuatan kalau tadi disebut Nasdem menjadi center dari safari politik partai-partai,” tuturnya.

“Pada satu sisi, dia berada di tarikan dua kubu, di sisi lain dia berada di tarikan tiga kubu.”

Namun penentuan ke depan, kata Totok memang  masih sangat ditentukan oleh perkembangan di lapangan.

Baca Juga: Gerindra Akan Diskusi dengan Cak Imin Soal Usulan Prabowo-Puan di Pilpres 2024

“Seperti kita tahu, Demokrat dan PKS itu ke kantor Nasdem berkali-kali, dan sampai terakhir pun sudah ketemu tiga kali pun juga kesepakatan yang dinaytakan sifatnya masih normatif, belum membangun koalisi.”

“Sementara yang koalisi indonesia bersatu malah sudah lebih maju dia, dia sudah ebih jelas. Kalau sebelumnya KIB belum menyatakan kandidat secara clear, sekarang sudah jelas,” lanjutnya.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x