JAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa pekan belakangan ini tercatat mengalami kenaikan yang signifikan.
Diyakini, peningkatan kasus di Tanah Air ini disebabkan adanya mutasi subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5.
Hal ini disampaikan Juru Bicara pemerintah untuk Covid-19 Reisa Broto Asmoro dalam keterangan pers perkembangan situasi Covid-19 terkini secara virtual yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (15/7/2022).
"Seperti yang telah diprediksi, adanya mutasi subvarian baru Omicron yakni BA.4 dan BA.5 dapat menyebabkan peningkatan jumlah kasus Covid-19," kata Reisa.
Pemerintah, kata dia, juga telah melakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk mendeteksi subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia.
Hasilnya, menunjukkan, baik BA.4 maupun BA.5 paling banyak ditemukan di DKI Jakarta.
Baca Juga: Antisipasi Peningkatan Kasus Omicron Varian BA.4 dan BA.5, Ini Strategi Pemerintah
Adapun peta sebaran dari subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia per 12 Juli 2022 berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Kesehatan, sebagai berikut:
Peta Sebaran Omicron BA.4 di RI
Peta Sebaran Omicron BA.5 di RI
Baca Juga: Omicron Subvarian Baru BA.2.75 Terdeteksi, Kemenkes: Masyarakat Waspada!
Lebih lanjut, Reisa menuturkan subvarian yang juga menjadi penyebab kenaikan kasus di berbagai negara di dunia ini memiliki gejala yang lebih ringan dibanding varian Delta.
"Kebutuhan perawatan di rumah sakit jauh lebih rendah di banding varian sebelumnya," ujarnya.
Sementara untuk keterisian ruma sakit Covid atau BOR sampai 13 juli 2022, lanjut dia adalah sebesar 3,22 persen.
"Meski terbilang cukup rendah tapi kenaikan kasus sudah terjadi sejak bulan lalu," ujarnya.
Ia menyebut, pada 23 Juni 2022, BOR tercatat 2,03 persen, maka dapat disimpulkan per 13 Juli, angka keterpakaian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 secara konsisten mengalami kenaikan 0,31 persen selama sepekan terakhir.
"Dengan demikian, kita harus tetap waspada dan berkaca dari fakta yang terjadi di RI selama pandemi,di mana secara historis, kenaikan jumlah kasus positif dan kasus aktif biasanya terjadi dua hingga empat minggu pasca diidentifikasinya varian baru yang muncul," ujarnya.
Bahkan, lanjut dia, prediksi telah dilakukan Kemenkes di mana puncak kenaikan kasus diperkirakan pada minggu ketiga atau keempat bulan Juli, dengan jumlah kasus diprakirakan 20 ribu per harinya.
Baca Juga: Perhimpunan Dokter Paru Ungkap Gejala Dominan Omicron BA.4 dan BA.5, Apa Saja?
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.