JAKARTA, KOMPAS.TV - Deputi Bidang Koordinasi Parekraf Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Odo R. M. Manuhutu mengatakan bahwa pembatasan jumlah pengunjung yang boleh naik ke bangunan Candi Borobudur sebagai upaya konservasi.
Ia menilai Candi Borobudur selama ini dieksploitasi secara berlebihan dalam rangka komersialisasi, sehingga menyebabkan kerusakan fisik bangunan candi tersebut.
"Memang selama ini komersialisasi dari Candi Borobudur agak overexploited, sehingga terjadi kerusakan sini-sana," kata Odo.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah berupaya untuk melakukan konservasi Candi Borobudur, salah satunya dengan membatasi jumlah pengunjung yang bisa naik ke atas bangunan candi.
"Kunci bersamanya adalah menjaga keseimbangan antara konservasi dan juga komersialisasi," terangnya.
Baca Juga: Pemerintah: Jangan Terpaku pada Isu Harga Naik Candi Borobudur Rp750 Ribu, tapi Upaya Konservasi
Sementara Direktur Utama PT Taman Wisata Candi (TWC) Edy Setijono mengatakan bahwa rencana pembatasan jumlah pengunjung yang dapat menaiki bangunan Candi Borobudur sudah sesuai hasil riset untuk menjaga bangunan fisik candi.
"Telah dilakukan riset oleh rekan-rekan dari Balai Konservasi Borobudur bahwa ada ruang yang memperbolehkan orang untuk berada di atas bangunan, itu kurang lebih sekitar 128 orang dalam waktu yang bersamaan," jelasnya.
Edy menambahkan, sebelum pandemi Covid-19, rata-rata jumlah pengunjung Candi Borobudur berkisar antara enam ribu hingga sebelas ribu orang setiap hari.
Jumlah tersebut, kata Edy, berdampak pada kerusakan bangunan candi.
"Jadi di beberapa bagian batunya sudah mulai terkikis, sehingga ini menjadi concern (perhatian) kita bersama," terangnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pihaknya selalu berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mengelola Candi Borobudur.
"Kami bersepakat agar kunjungan ini dievaluasi," kata Edy.
Baca Juga: Keluarga Cendekiawan Budhis Dukung Pembatasan Pengunjung Borobudur, Khususnya Area Arupa Dhatu
Di sisi lain, Odo mendorong agar pihak TWC menyediakan atraksi atau kegiatan di sekitar kawasan Candi Borobudur untuk mengurangi jumlah pengunjung yang naik candi.
"Selama bertahun-tahun memang upaya dari teman-teman di lapangan lebih menjual tiket ke Candi Borobudur daripada membangun atraksi-atraksi baru sehingga memecah konsentrasi pengunjung," jelasnya.
Menurut dia, TWC berperan dalam menciptakan kegiatan atau atraksi baru, sehingga wisatawan tidak hanya berfokus pada candi, melainkan juga atraksinya.
"Candi Borobudur lebih sebagai kailnya untuk mendatangkan wisatawan, kemudian dipecah dengan berbagai atraksi-atraksi," imbuhnya.
Ia menjelaskan atraksi-atraksi baru itu bisa berupa museum, kegiatan lari maraton, maupun konser musik di kawasan sekitar Candi Borobudur.
"Justru nilai manfaatnya dari atraksi-atraksi yang diciptakan tersebut, di mana teman-teman TWC yang mempunyai tanggung jawab," kata Odo.
Ia menambahkan, pemerintah berharap TWC bisa membuat atraksi-atraksi di kawasan Candi Borobudur daripada hanya melakukan penjualan tiket.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.