"Jadi di beberapa bagian batunya sudah mulai terkikis, sehingga ini menjadi concern (perhatian) kita bersama," terangnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pihaknya selalu berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mengelola Candi Borobudur.
"Kami bersepakat agar kunjungan ini dievaluasi," kata Edy.
Baca Juga: Keluarga Cendekiawan Budhis Dukung Pembatasan Pengunjung Borobudur, Khususnya Area Arupa Dhatu
Di sisi lain, Odo mendorong agar pihak TWC menyediakan atraksi atau kegiatan di sekitar kawasan Candi Borobudur untuk mengurangi jumlah pengunjung yang naik candi.
"Selama bertahun-tahun memang upaya dari teman-teman di lapangan lebih menjual tiket ke Candi Borobudur daripada membangun atraksi-atraksi baru sehingga memecah konsentrasi pengunjung," jelasnya.
Menurut dia, TWC berperan dalam menciptakan kegiatan atau atraksi baru, sehingga wisatawan tidak hanya berfokus pada candi, melainkan juga atraksinya.
"Candi Borobudur lebih sebagai kailnya untuk mendatangkan wisatawan, kemudian dipecah dengan berbagai atraksi-atraksi," imbuhnya.
Ia menjelaskan atraksi-atraksi baru itu bisa berupa museum, kegiatan lari maraton, maupun konser musik di kawasan sekitar Candi Borobudur.
"Justru nilai manfaatnya dari atraksi-atraksi yang diciptakan tersebut, di mana teman-teman TWC yang mempunyai tanggung jawab," kata Odo.
Ia menambahkan, pemerintah berharap TWC bisa membuat atraksi-atraksi di kawasan Candi Borobudur daripada hanya melakukan penjualan tiket.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.