Andi menyebutkan, beberapa kebiasaan anak muda yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko penyakit jatung pada mereka.
Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan anak muda rentan terkena penyakit jantung. Terlebih, sejak pandemi Covid-19, aturan untuk tetap di rumah semakin membuat tubuh malas bergerak.
"Hal ini juga dipermudahnya dengan dapat order apapun melalui handphone, cukup duduk di rumah. Hal ini menyebabkan makanan yang kita makan tidak balance," ungkap Andi.
Padahal, menurut sebuah penelitian di Denmark, meluangkan waktu untuk berolahraga itu bisa mengurangi risiko penyakit jantung sebesar 15 persen.
"Kita harus berikan waktu khusus untuk berolahraga atau aktivitas tersendiri untuk menghindari penyakit jantung," terang Andi.
Penyakit jantung juga bisa berisiko tinggi akibat asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh secara tidak seimbang. Terutama makanan dan minuman yang rendah protein, vitamin, dan serat.
Menurut penelitian dari Mondales, setiap tahun Indonesia masuk dalam daftar negara dengan kalangan muda yang suka mengonsumsi camilan tidak sehat.
Bahkan, angka orang yang gemar ngemil di Indonesia terpantau lebih tinggi dari rata-rata global.
Selain itu waktu yang dihabiskan untuk mengemis hampir 3 kali sehari, sedangkan makanan berat dikonsumsi 2,5 kali sehari.
Baca Juga: Pesepak Bola Aljazair Meninggal, Serangan Jantung Usai Berbenturan dengan Kiper Sendiri
Faktor penyebab risiko penyakit jantung usia muda yang ketiga adalah stres.
"Orang tidak bisa koping kepada stres, selama hidup, pasti ada saja stres. Tapi terkadang orang juga merasa inferior terhadap stres," kata Andi.
Adapun yang dimaksud koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
Sementara, inferior adalah perasaan yang cenderung menganggap diri kita rendah.
Keempat, orang yang merokok aktif dan pasif berisiko sakit jantung. Jika biasanya orang yang berusia tua merokok batangan, anak muda sekarang lebih senang menggunakan rokok elektrik.
"Anak muda sekarang lebih kenal merokok elektrik atau vaping," tutur Andi.
Dia mengungkapkan bahwa orang yang merokok biasanya berawal dari usia 15-19 tahun, sebesar 52,1 persen.
Terkait solusinya, Andi mengatakan olahraga cukup dilakukan 3-5 hari dalam seminggu dengan durasi 30-60 menit secara bertahap.
Selain itu, dia menyarankan untuk mengurangi konsumsi kalori berlebih, meningkatkan konsumsi serat, usahakan kurangi makanan olahan, dan berhenti merokok.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.